21 : Terbakar

1.4K 140 88
                                    

Alohalooo geeengs... alhirnya ii up lagi setelah sekian lama. Rada melenceng dari perkiraan sih, tapi soalnya pulang malem abis dari perjalanan jauh. Ngetik di jalan gak konsen banget.

Oh ya sebelumnya ii mau ngucapin makasih atas kesetiaan kalian sama cerita ini. Kalian luar biasa banget. Bikin terharu.

V O T E
A N D
C O M M E N T
(Haturnuhun)

🌷HappyReadingGengs🌷

Anna berangkat ke kampus dengan kendaraan umum. Hari ini Bagas tak ada jadwal dan laki-laki itu tak ada niatan untuk mengantarnya. Sebenarnya Anna tak masalah, hanya saja dia jadi kepikiran sesuatu. Sejak Anna bangun tidur dan berpapasan dengan Bagas di dapur, laki-laki itu beberapa kali tertangkap basah tengah menatapnya. Dosen sekaligus mantan taruhannya itu sama seperti ingin menanyakan atau mengatakan sesuatu padanya, tapi entah tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut laki-laki itu selain ajakan sarapan dan juga ucapan 'hati-hati di jalan'.

Ruangan masih sepi begitu Anna sampai di kelasnya. hanya ada dia, Caca, Seila, Gugun, Elfin, dan Doni. Aas dan Asa belum datang, jadi tadi Anna hanya menyendiri di sudut kelas. Ya begitulah Anna, dia tidak terlalu banyak teman dekat. Gadis itu menarik diri dari pergaulan karena pengalaman pahit dikhianati teman yang pernah dia alami saat SMA dulu.

"Anna,"  Caca yang duduk tak jauh dari Anna merapat ke arah gadis itu. Di sampingnya Seila juga ikut merapat.

Anna yang tengah melamun itu sedikit tersentak kaget.

"Iya, Ca?" tanya Anna.

Caca mengamati sekitar, sebelum kembali memfokuskan diri pada Anna. Gadis itu sempat dibuat bingung dengan gerak-gerik Caca.

"Katanya kemarin lo hampir ke tabrak Pak Bagas ya terus dianterin pulang sama dia?" tanya Caca penasaran. Seila yang duduk di samping Caca juga terlihat tak kalah penasaran.

Anna tak langsung menjawab. Dia diam sesat, sempat bingung harus menjawab apa. Dia hanya tak ingin ada desas-desus tak enak di kalangan mahasiswa karena kesekatannya dengan dosen baru itu. Tapi jika Anna tidak mengakuinya, ada beberapa saksi yang menyaksikan kejadian itu secara langsung. Untungnya sampai sekarang tak ada berita-berita aneh yang bermunculan. Mungkin belum. Ah tidak, Anna harap tidak akan pernah ada berita-berita miring tentangnya maupun Bagas.

"Iya."

"Woaaaah..." Caca dan Seila tampak kegiarangan.

"Beruntung banget lo," kata Seila.

Beruntung?

Caca langsung menyiku Seila. Sikuan dari Caca yang memiliki berat badan di hampir 70 kilogram itu nyaris membuat Seila meregang nyawa.

"Maksud gue bagian dianterin Pak Bagasnya." ralat Seila seraya mengusap-usap lengannya dan menatap Caca kesal.

Anna tersenyum kecil melihat Caca dan Seila. Dia lalu mengeluarkan buku catatannya. Caca kembali bertanya, tapi dengan dalih ingin mengerjakan tugas yang belum selesai Anna pun berhasil menyelamatkan diri dari kekepoan Caca dan Seila. Bukannya Anna tak suka mengobrol dengan Caca dan Seila atau teman-teman yang lainnya. Dia hanya tak suka orang lain terlalu ikut campur urusannya.

Perlahan Caca dan Seila pun mundur dan kembali asik dengan obrolan mereka berdua begitu menangkap kode kalau Anna tak mau diganggu.

Tak lama kemudian teman-teman sekelas Anna mulai berdatangan dengan berbondong-bondong, termasuk Aas dan Asa. Ternyata dosen mereka sudah datang dan menuju ke kelas.

EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang