25: GAWAT!

1.2K 124 62
                                    

Alohalook gengs ii kambek di cerita ini lagi.

Vommentnya ditunggu. Haturnuhun 😘😘😘🍎🍎🍎

💔HappyReaddingGengs💔

Dulu semasa SMA, Anna sering sekali menonton drama-drama picisan dengan Wulan dan gengnya. Mereka akan cekikikkan dan baper berjamaah melihat adegan-adegan yang disuguhkan. Yang paling Anna ingat adalah di setiap drama yang selalu dia tonton, jika si pemeran utama perempuannya dalam bahaya, maka si pemeran utama prianya akan datang menyelamatkan. Tak peduli di situasi paling tak masuk akal sekalipun, si pria itu tetap akan menemukan perempuannya dan menolongnya, memberikan perlindungan yang terlihat luar biasa. Dan hal itu juga yang selalu Anna harap dan angankan. Tapi kejadian tiga tahun lebih yang lalu membuat Anna sadar, jika hidup tak semudah dan tak seindah drama-drama picisan. Tak ada yang namanya kebetulan yang dil luar akal manusia normal. Tapi untuk kali ini, bolehkah Anna kembali berharap? Bagas ada di sini, benar kan? Bisakah laki-laki itu merasakan kalau Anna sedang dalam bahaya?

Tapi dan tapi, sampai Si Brengsek itu menjelajah lehernya dan sekarang nyaris menyentuh dadanya, Bagas belum juga datang menyelamatkan. Ah Anna, bodoh sekali. Mau sampai kapan berharap pada sesuatu yang jelas-jelas mustahil. Bagas tak mungkin tiba-tiba datang menyelamatkan jika dia sendiri tak tahu apa yang menimpan Anna dan di mana gadis itu sekarang.

Cup.

Sebuah kecupan mendarat di hidung Anna. Si Brengsek itu mengangkat wajahnya, lalu tersenyum menjijikan.

"Salah ya?" tanyanya seperti orang gila. "Bibirnya di sini ternyata." lanjutnya sambil mengusap lembut bibir Anna dengan ibu jarinya. Bau alkohol membuat Anna mual. Mungkin karena pengaruh alkohol juga Si Brengsek itu jadi salah sasaran.

Anna membuang muka, tak sudi disetuh oleh Si Brengsek itu. Tatapan pasrahnya kini sudah kembali menyalang. Ya, Anna harus melawan. Meski berkali-kali gagal, dia tak boleh menyerah. Ingat, tak ada yang bisa dia andalkan selain diri sendiri. Maka sebelum Si Brengsek itu mendaratkan wajah memuakkannya di dada Anna, gadis itu lebih dulu menghantamkan lututnya sekuat tenaga ke bagian vital Si Brengsek itu, membuat laki-laki itu otomatis ambruk ke samping sambil mengerang ke sakitan. Anna memanfaatkan kesempatan itu sebaik mungkin, dia dorong tubuh laki-laki itu yang masih menghalangi pergerakannya. Setelah berhasil melepaskan diri, secara refleks Anna mengambil vas bunga yang ada di nakas lalu menghantamkan vas itu tepat ke kepala Si Brengsek itu dengan kekuatan penuh juga. Darah segar langsung mengalir dari kepala laki-laki itu dan mengotori sprai putih ranjang, membuat lolongan kesakitan semakin menjadi. Mata Anna yang melotot menunjukan bahwa dia memang berambisi untuk menghabisi laki-laki gila itu saat itu juga. Tapi kewarasaan Anna masih menguasai, dia lebih memilih angkat kaki daripada berlama-lama untuk membunuhnya.

Anna buru-buru berlari menuju pintu, meski tadi pintunya dikunci Anna akan berusaha mendobraknya.

"Tolooooong! Toloooong!" teriak Anna seraya menggedor-gedor pintu itu.  Erangan kesakitan dari laki-laki di belakangnya, membuat jantungnya berpacu lebih cepat. Gadis itu menoleh ke belakang beberapa kali, memastikan dia masih memiliki jarak aman dengan Si Brengsek itu. Untungnya laki-laki tak waras itu masih meringkuk kesakitan di atas tempat tidur. Efek alkohol juga mungkin memengaruhi kesadarannya.

"Tolooooooong!" Kali ini Anna menggerak-gerakkan knop puntunya tak kalah sabaran dan...

Cklek...

Pintu terbuka begitu saja. Tak dikunci?

Kelegaan menjalar keseluruh tubuhnya, mengalahkan rasa penasaran kenapa tadi pintu itu susah sekali dibuka. Mungkin, Tuhan kasian melihatnya seperti ini. Tanpa pikir panjang Anna segera keluar dari kamar mengerikan itu. Sambil meremat dress bagian dadanya yang sudah koyak, Anna berlari menelusuri lorong yang sepi. Gadis itu berhenti di depan lift, nampak terengah dan tak sabaran di saat yang bersamaan. Tapi sosok Si Brengsek yang keluar dari kamar dengan tertatih membuat Anna buru-buru angkat kaki lagi. Tangga menjadi pilihan alternatifnya.

EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang