1 : Meet Again

5.3K 312 27
                                    

Haihaiiii... alohalooo ii kambek lagi nih. Semoga seneng sama cerita ini. Jangan lupa juga vote dan komennya. Makasih.

🍎🍎Happy Reading gengs🍎🍎

Tidak ada hal yang lebih parah lagi ketika masuk tahun ajaran baru, salah satu dosen yang mengampu mata kuliahnya itu adalah mantan sendiri. Camkan itu,  man-tan sen-di-ri. Apalagi mantannya itu adalah mantan hasil taruhan. Hal itu yang membuat Anna sejak tadi uring-uringan tidak jelas dan berakhir bengong di depan showcase yang masih tertutup.

Setelah beberapa lama, Anna pun mengerucutkan bibirnya sambil mengusap-usap dagu. Keningnya berkerut, nampak berpikir keras. Gadis itu memperhatikan dengan seksama isi showcase dari atas hingga bawah, menimang-nimang mana yang lebih baik, lebih enak, dan lebih murah di antara semua isi showcase di depannya.

"Minuman teh yang dicampur lemon baik untuk penderita insomnia," sebuah suara berat terdengar tepat di belakang Anna, tepatnya di telinga gadis itu. Membuatnya berjinjit kaget dan langsung mengusap dada. Bulu kuduk Anna bahkan sampai meremang.

Anna menoleh ke belakang dan wajah teduh Bagas menjadi pemandangan pertama yang dia lihat dengan jarak yang cukup dekat. Anna sampai menahan nafas dibuatnya. Bagaimana tidak menahan nafas, jika wajah mantan kekasihnya yang sangat tampan dengan sorot mata tajam itu berada tepat dihadapannya. Hal itu membuat tubuh Anna menegang.

Dan apa-apaan perkataan Bagas barusan, diantara banyaknya sapaan untuk orang yang sudah lama tidak berjumpa, kenapa juga Bagas harus mengucapkan kata-kata itu untuk memulai pembicaraan? Mana dia membawa-bawa insomnia yang memang diderita Anna lagi. Kenapa dia bertingkah seolah masih peduli? Membuat jantung Anna berdebar-debar tidak karuan saja.

Anna kira laki-laki ini tidak akan mau bicara dengannya lagi, mengingat saat di kelas pun dosen sekaligus mantan taruhannya ini pun bersikap seolah-olah tidak menganalnya. Tapi sekarang? Dia malah mengatakan kata-kata yang jika boleh Anna artikan sebagai kata-kata yang masih menyimpan kepedulian. Atau Anna hanya kepedean saja? Ya pasti Anna hanya kepedean saja. Lagi pula mana mungkin ada orang yang sudah dipermainkan sejahat itu masih peduli padanya? Haha itu mustahil.

Begitu banyak pertanyaan yang bergentayangan di kepala Anna seperti kutu, sementara tubuhnya semakin menegang saat tangan kokoh Bagas terulur ke depan, membuat jarak di antara mereka semakin terkikis. Tapi tunggu dulu... Kokoh? Sejak kapan tangan yang dulu terlihat hanya tulang saja itu sekarang terlihat kokoh dan berisi? Tidak... tidak... bukan hanya tangannya saja yang sekarang berubah, tapi badannya pun juga. Tubuhnya sekarang terlihat berisi dan atletis.

Tiga tahun berlalu... ya tiga tahun paska putusnya hubungan Anna dan Bagas. Tiga tahun keduanya berpisah dan itu bukanlah waktu yang singkat untuk bisa merubah seseorang. Manusia hidup itu mengalami perubahan dalam segala aspek meski manusia satu dan yang lainnya tidak sama perubahannya. Entah positif, entah negatif. Entah besar, entah kecil.

Tiga tahun lalu pula untuk pertama kalinya Anna benar-benar merasa terpukul dan sakit hati bukan main. Tapi dia tidak ada daya untuk mempertahankan laki-laki yang saat itu tanpa permisi ternyata telah memiliki hatinya tanpa dia sadari.

Anna menelan ludahnya sendiri, nampak gugup setengah mati dengan desiran aneh yang menyusup di hatinya. Parfum yang menguar dari tubuh Bagas sebenarnya wangi dan menengkan, tapi entah bagaimana sekarang semua ini membuat jantungnya berdetak di atas normal.

Gadis itu tidak mampu berkata-kata selain diam mematung. Matanya bergerak mengikuti arah tangan Bagas. Apa yang akan dilakukan laki-laki ini?

Anna menahan nafas dan Bagas diam-diam menikmati pemandangan di depannya. Kemudian laki-laki itu menarik diri setelah mendapatkan minuman yang dia mau. Dia lalu menatap Anna dengan tatapan teduhnya yang mampu menghanyutkan perasaan siapa pun. Lalu tak lama senyumnya pun terbit.

EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang