♪ ♪ ♪
Lino berlari tergesa gesa menuju ruang operasi. Tak hanya dia, ada juga Rifka sampai sahabat sahabat gadis itu
Mecca berada didalam ruangan itu sedang ditangani dokter. Didepan ruang operasi ada Agas yang terduduk dilantai, bajunya bersimbah banyak darah
Agas mendongak begitu mendengar suara gaduh menghampirinya. Terlihat dengan jelas jika mata remaja lelaki itu berkaca kaca. Tangannya bergetar hebat. Agas sampai lupa jika dia phobia dengan darah, rasa ngeri itu tidak pernah hilang dalam hidupnya dan sekarang? Dengan mudah dia mengabaikan itu demi seorang Mecca
"Mecca? Dimana Mecca?" Tanya Alleta parau
Geysha mendekat ke arah abangnya lalu segera memeluk lelaki itu "Abang ganti baju dulu ya..? Abang.."
Satu tangan Geysha menggenggam tangan Agas yang terasa dingin. Mengangkat kepala Agas agar menatapnya, mengusap usap rambut Abnagnya
"Gey.. G-geyy.."
"Iya abang..." Geysha mengusap air matanya. Melepaskan pelukan itu. Dengan tergesa Geysha merobek kemeja putih yang sudah berubah warna menjadi merah itu lalu dia gunakan untuk membersihkan tangan Agas
Geysha membuangnya asal. Kini, Agas sama sekali tidak mengenakan baju atasan. Tubuh atletis nya terekspos dengan mudahnya. Geysha memeluk Agas lagi "Udah. Udah gak ada darahnya, gak usah takut, ya..?"
Lino terduduk di kursi. Matanya pun sudah mengeluarkan air mata
"Apa karna aku kamu ngelakuin ini, Ka? Masih sebenci itu kamu sama aku?" Tanyanya dalam hati
♪ ♪ ♪
Mecca mengerjab erjabkan matanya, menyasuaikan cahaya yang masuk ke penglihatannya
Suhu dingin ia rasakan pada tubuhnya. Mata gadis itu menatap sekeliling, tidak ada satu orang pun selain dirinya yang berada di dalam ruangan itu
Terlihat dari jendela, angin berhembus kencang juga hujan yang deras. Sangat kacau, seperti suasana hati nya kini
Bahkan Mecca sendiri tidak tau bagaimana keadaan Ray saat ini
Mecca mengangkat tangannya yang terinfus
Mehimpit selang infus dengan tangannya hingga darah nya naik ke selang
Perlahan, Mecca melepaskan infus itu pada punggung tangannya. Jarumnya cukup besar, darah menetes dari tangan gadis itu tidak ia hiraukan
Melirik nakas. Diatasnya terdapat sebilah pisau cukup runcing
Mecca mendekatkan diri untuk mengambilnya. Sedikit susah karna tangan dan kaki gadis itu penuh dengan luka yang masih basah
Dapat.
Gadis itu memperhatikan pisau tersebut terlebih dahulu memeriksa bagian mana yang paling tajam
Pisau itu diarahkan pada pergelangan tangannya sebelah kiri, yang tadi diinfus
Srtt..
Tangannya tergores, hanya sedikit namun sudah mengeluarkan darah segar. Nadi nya pun belum terkena, jika sudah..
Mecca memperdalam nya
"Mecca?!!"
Tatapannya teralihkan ke pintu, dimana seseorang baru saja masuk dengan membawa satu bungkus nasi. Melihat Mecca yang akan mencelakakan dirinya sendiri, dia berlari menghampiri Mecca
"Kamu mau ngapain, Mecca??!"
Orang orang lain yang berada di luar ikut masuk ke dalam mendengar itu
KAMU SEDANG MEMBACA
MECCA [SELESAI]
Ficção Adolescente[ MECCA (versi 1) ] "𝓢𝓮𝓹𝓪𝓼𝓪𝓷𝓰 𝓻𝓮𝓶𝓪𝓳𝓪 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓽𝓲𝓭𝓪𝓴 𝓭𝓲𝓽𝓪𝓴𝓭𝓲𝓻𝓴𝓪𝓷 𝓫𝓮𝓻𝓼𝓪𝓶𝓪" ♪ ♪ ♪ "Gue gak bodoh. Hanya menunggu waktu untuk tidak lagi cinta dia" ~Mecca Althesya Tamarani ♪ ♪ ♪ Genre : fiksi remaja : first sto...