CHAPTER 6

13.1K 1K 19
                                    

Halo

"GUE MUAK SAMA LO, ANJING!" Teriakkan murka itu membuat semua atensi terfokus pada drama yang tak lagi asing bagi mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"GUE MUAK SAMA LO, ANJING!" Teriakkan murka itu membuat semua atensi terfokus pada drama yang tak lagi asing bagi mereka. Namun ada yang berbeda, di sana terlihat dua orang gadis yang menjadi pemain sama-sama berdarah.

Avesya diam saja dengan pandangan kosong, tak ada air mata yang mengaliri pipinya lagi.

Titik terendah seorang manusia bukanlah ketika dirinya terus menangis, namun ketika dirinya merasa begitu hancur tetapi tak ada setetes pun air mata yang keluar dari pelupuk matanya.

Avesya saat ini tengah berada di fase itu, ia sudah benar-benar letih. Menyerah akan semuanya, selama hampir satu tahun ini dia merasa benar-benar hancur.

Avesya tak lagi menangis, Avesya tak lagi mengucap kata, 'Bukan aku,' Avesya tak lagi menatap penuh harap. Ia hanya memandang dingin.

Avesya tak lagi mengelak tuduhan demi tuduhan yang di layangkan semua orang.

Gadis dingin yang terus diam bahkan saat terpojokkan sekalipun.

Avesya tahu, mau bagaimanapun ia berkata tak akan ada lagi yang percaya. Ia tak memiliki bukti apapun, ia menyerah untuk melawan mereka. Hidup tanpa tumpuan, dibenci semua orang--tak ada satu orang pun yang mempercayainya membuat Avesya berakhir di titik terendah hidupnya.

Ia hanya menatap mereka yang terus memaki. Bahkan gadis itu tetap bergeming saat Zav bahkan Abyan lagi-lagi melayangkan tamparan. Dirinya menatap kosong Arbass yang menatap benci, hati Avesya terlampau sakit sampai meneteskan air mata pun ia tak mampu lagi.

Mereka mulai membubarkan diri, sementara Avesya tetap terduduk di anak tangga tempat kejadian beberapa waktu lalu terjadi. Dimana Amera mencaci lalu membuatnya emosi, ia tak berniat menampar Amera hingga gadis itu terjembab dan kepalanya terbentur.

Bahkan sebelum itu terjadi, Avesya lebih dulu dilukai gadis sialan itu. Sebelumnya mereka bercekcok di gudang, bahkan Amera membenturkan kepalanya hingga berdarah. Ia pergi lalu Amera mengejarnya, kemudian terjadilah sebagian adegan lagi di tangga itu.

Abyan menendang gadis itu hingga kepalanya kembali terbentur tembok, "Anjing lo!"

Avesya tersenyum, meraba bagian belakang kepalanya yang basah ia menatap lengannya yang baru saja menyentuh cairan itu. Itu darah, lagi-lagi dirinya hanya tersenyum.

Perlakuan Avesya tak luput sedikitpun dari pandangan mereka. Mereka terdiam syok bahkan saat gadis itu mulai menutup mata.

Avesya tak sadarkan diri di saat pening mulai melanda, wajahnya dihiasi senyuman tipis dengan bibir memucat. Sepertinya, ia akan pergi untuk selamanya.

 Sepertinya, ia akan pergi untuk selamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THAT GIRL'S NOT ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang