GEIRY TERSENTAK saat Daven menepuk pelan pundak gadis itu, dia terdiam saat Daven menatapnya begitu dalam. Geiry terhanyut dalam manik abu-abu kelam milik lelaki itu.
"Avesya, apapun masalah lo tolong jangan nyakitin diri lo sendiri."
Geiry terdiam lalu tertawa getir. "Jangan ikut campur," ucapnya dingin.
Kini giliran laki-laki itu yang terdiam, kemudian dia fokus memandang ke depan memperhatikan kendaraan-kendaraan yang sesekali melewati mereka.
"Gue tau apa yang dilakuin Amera bikin hidup lo ancur, tapi Sya .. dengan nyakitin diri lo sendiri apa masalah lo bakalan selesai?"
Geiry menatapnya tajam.
"Tau apa lo, Daven?"
Daven terkekeh. "Gue tau Avesya,"
"Gue tau apa yang dilakuin, Amera. Kakak-kakak lo emang dungu semua. Cewek itu gak sepolos keliatannya,"
Geiry hanya memutar bola matanya.
Geiry menatap punggung Daven yang menjauh seiring dengan motor lelaki itu melaju, ia menghela nafas panjang lalu memencet bel di gerbang. Saat gerbang terbuka terlihat seorang pemuda yang menatap dirinya dengan dingin.
"Darimana?"
Geiry menaikkan sebelah alisnya, gadis itu mendengkus. "Gak usah sok peduli sama anak haram kayak gue, Arbass." tukasnya dingin lalu pergi meninggalkan Arbass yang terdiam.
Arbass menatap kotak kecil di genggamannya. "Happy sweet seventeen, Esya. Maaf untuk ulang tahun buruknya." gumam lelaki itu, Arbass tersenyum pahit sedikit meremas kotak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT GIRL'S NOT ME
FantasyMereka tentu saja terkejut, atas perubahan dari seorang gadis berwatak dingin yang bahkan tetap diam saat semua orang menyudutkannya. Putri bungsu dari putra pertama keluarga Darwangsa yang dulu menatap mereka dingin, kini terang-terangan memandang...