Halo
Ada yang nunggu up?
GEIRY RASANYA ingin tertawa saja saat semua orang memperhatikan bahkan mencibirnya, gadis itu bersikap acuh. Dia bahkan bersenandung kecil selama langkahnya menuju kelas. Dirinya menghentikan langkah saat tersadar akan sesuatu.
"Gue harus ke mana anjir?!" Geiry memekik tertahan. Setelah diingat-ingat novel itu benar-benar tak lengkap bahkan sangat cacat.
Kenapa tak sekalipun disinggung Avesya berada di kelas mana?
Geiry terkekeh hambar, "goblok!" umpatnya pelan.
Lalu tiba-tiba ia menampar pelan bibirnya, "Aduh keceplosan ngomong kasar terus," ujarnya panik. "Kalo Keir tau, pasti gue dimarahin lagi."
Tersadar akan sesuatu bibirnya mengukir senyuman miris, "Keir ...." Gadis itu bergumam dengan nada sendu.
Namun di detik berikutnya ia menyeringai dengan pancaran iris yang berubah dingin, "Gue gak tau kenapa bisa masuk ke novel ini, tapi gue bakalan penuhin janji gue sama Keir," Geiry menjentikkan jari.
Gadis itu terkekeh hambar, dia tak menyangka janji abal-abalnya dengan Kevlar akan menjadi kenyataan.
Dirinya ber-ekspresi dingin namun terasa mencekam dan mempesona di saat bersamaan.
Orang-orang menyadari hal itu.
Lagipula, sedingin apapun Avesya menghadapi mereka. Gurat sendu masih terlihat di wajahnya, Avesya terlihat lemah. Sungguh. Tetapi sekarang yang mereka lihat hanyalah gadis angkuh yang memasang poker face dan nampak acuh.
Aura dingin yang dikeluarkan Geiry membuat mereka merinding, merasa sesak saat berada di jarak dekat namun mereka tak bisa menghiraukan gadis itu. Geiry terlalu mempesona dan memikat. Sialan! Perasaan macam apa ini?
Apa yang Avesya lakukan sehingga mereka seperti ini?
"Hey, you!" tunjuk Geiry pada salah satu siswa.
Siswa itu tiba-tiba saja tercekat, dadanya bergemuruh. Ada perasaan membuncah saat gadis dengan pesona kuat itu memanggil dirinya, namun juga ada perasaan aneh yang terasa janggal.
"Gue?" Lelaki itu menunjuk dirinya sendiri dengan dahi mengernyit.
"Iya, sini lo," Geiry membenarkan, bahkan memerintah dia. Lantas mengapa dirinya patuh, tanpa bisa menolak kaki jenjangnya perlahan menghampiri Geiry.
Sialan, bahkan kemarin-kemarin dirinya turut mencibir Geiry.
"Kelas gue di mana?" Untuk sesaat lelaki itu merasakan pikirannya kosong, dia terbengong menatap Geiry.
Gadis itu berdecak, menarik lengan siswa yang masih terbengong itu. Mereka semua memperhatikan, termasuk sekelompok siswa dan satu siswi yang menatap dengan berbagai macam tatapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT GIRL'S NOT ME
FantasyMereka tentu saja terkejut, atas perubahan dari seorang gadis berwatak dingin yang bahkan tetap diam saat semua orang menyudutkannya. Putri bungsu dari putra pertama keluarga Darwangsa yang dulu menatap mereka dingin, kini terang-terangan memandang...