cerita ini updatenya lama, dan untuk yang gak suka alur lambat cerita ini gak cocok untuk kalian.
BIBIR AEZHYA berkedut lalu di detik berikutnya gadis itu tertawa terbahak-bahak, selesai dengan tawanya dia menarik nafas kemudian menghembuskan dengan perlahan. "Kalo gue bilang gue ini kakak lo, percaya gak?" tanya Aezhya dengan nada bercanda.
"Tergantung," kata Geiry tak peduli.
Aezhya terdiam sejenak kemudian mengedikkan bahunya dengan gerakan acuh, "Ya udah."
"Nih," Gadis itu kembali menyodorkan novel berjudul The Real Queen, membuat perhatian Geiry kembali tertuju pada buku itu. "Baca aja, Sya. Kan, dulu lo mau minjem."
Mendapati Geiry diam saja, Aezhya mendengkus kasar. Meletakkannya begitu saja kemudian bangkit, ia menepuk pelan bahu Geiry. "Bye,"
Geiry menyorot rumit hingga Aezhya hilang dari pandangannya. Dia melirik novel itu kemudian memutuskan untuk membawanya, ia harus masuk kelas membatalkan rencana membolos sehariannya.
Gadis itu berdecak. Harusnya ia tak seceroboh ini, ia harus bermain dengan cantik bukan malah merenung dan menghindari takdir.
Ya, gadis itu baru saja merenung--menunda rencana dan malah berpikir melarikan diri saja. Toh, tak akan ada yang peduli padanya, bukan?
Namun, ia memiliki sebuah tujuan. Sebuah alasan tetap tinggal saat membaca buku harian Avesya, walau sedikit bimbang sempat memilih pergi kini Geiry memutuskan untuk memenuhi ucapannya pada Kevlar dan memberi mereka pelajaran.
Waktu kejayaan Amera telah berakhir, karena sekarang ada seorang Geiry Kaesha Stheron. Hanya Geiry Kaesha Stheron, tak akan ada lagi Avesya Kaera Darwangsa. Gadis dingin, kaku dan elegan yang sebenarnya tengah bersembunyi--menyembunyikan air mata penderitaan.
Tatapan Avesya yang dingin atau lebih tepatnya hampa tergantikan tatapan bosan milik Geiry, tatapan datar dan tatapan dingin yang terasa menusuk membuat lutut melemas. Karena dia adalah Geiry Kaesha Stheron, si manipulatif putri keluarga Stheron yang terkenal dengan julukan Dangerous family.
Geiry yang saat ini berada di koridor lantas menyeringai dingin membuat siswa yang berjalan di depannya menelan ludah, merasakan suhu udara terasa mencekam tiba-tiba. Bergerak memberinya cekikan tak kasat mata menyebabkan tenggorokan si siswa terasa tercekat.
Ia mengusap tengkuk, merasa hawa tak mengenakkan itu berasal dari arah belakang. Dengan gerak ragu-ragu dia menoleh ke belakang, siswa itu berjengit terkejut menyorot Geiry dengan pupil membelalak.
Melihat Geiry hanya memandangnya datar sembari mengangkat sebelah alis, dia terkekeh kaku. "Ha-halo, Avesya." sapanya kikuk.
Geiry berdeham menanggapi.
Siswa itu menelan ludah, mengapa aura gadis itu terasa tak mengenakkan? Padahal setahu dirinya Avesya hanyalah gadis rapuh dengan citra buruk. Bahkan gadis yang mendapat julukan pembunuh dan murahan itu tak lagi menggunakan seragam super rapi, seragam yang membuat dia terkadang meringis membandingkan penampilannya dengan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT GIRL'S NOT ME
FantasyMereka tentu saja terkejut, atas perubahan dari seorang gadis berwatak dingin yang bahkan tetap diam saat semua orang menyudutkannya. Putri bungsu dari putra pertama keluarga Darwangsa yang dulu menatap mereka dingin, kini terang-terangan memandang...