judulnya diganti ygy.
pembaca lama ga bingung kan?
ARBASS MENGURAI pelukan mereka, "Tapi gak seharusnya Papa bikin Avesya nangis di hari ulang tahunnya."
Mendengar hal itu Juan tertegun di tempatnya, pria itu menatap Arbass dengan pandangan sulit diartikan.
"Meskipun---meskipun Avesya adik tiri aku," Arbass merasakan tenggorokannya tercekat saat mengatakan hal itu. Fakta ini terlalu mengejutkan dan menyakitkan.
Jujur Arbass terluka, namun jika takdir berkata demikian apa yang harus ia lakukan. Sialan, tak seharusnya semua ini terjadi.
"Avesya tetap adikku, Pa." lanjut Arbass mengukir senyum hampa.
Juan termangu, menyakiti anak itu di hari ia berulang tahun. Betapa brengseknya dia. Apakah selama ini ia sudah keterlaluan memperlakukan Avesya? Hingga gadis itu sampai di titik di mana dia tak lagi merengek pada Juan, tak lagi meminta perhatian bahkan tak lagi tersenyum lebar kemudian menengadahkan kedua tangan meminta sebuah kado kecil.
Juan mendengkus, oh ya ia melupakan satu hal. Gadis itu hilang ingatan, tentu saja ia tak akan mengemis perhatian lagi darinya.
Pria itu menghela nafas, menatap Arbass yang sedang menatap dirinya menunggu jawaban.
"Berikan gadis itu hadiah," pungkasnya kemudian pergi meninggalkan Arbass yang terdiam.
Sementara sesosok pria remaja yang sedari tadi mematung di sisi pintu masuk segera berlenggang pergi dengan tergesa, tak ingin Juan maupun Arbass mengetahui keberadaan dirinya. Dia menunduk sepanjang jalan memikirkan berbagai macam skenario yang selama ini terjadi di kehidupan keluarga Darwangsa.
Bibirnya terangkat hingga sebuah senyum pilu terukir di situ, ia menarik nafas berat dan menghembuskan dengan kasar. "Anjing," umpatnya.
"Jadi cewek sialan itu anak haram, ya?" gumam si lelaki yang tak lain adalah Abyan.
Melupakan sebagian fakta yang tadi didengarnya, Abyan melimpahkan seluruh kesalahan pada gadis itu. Tak peduli pada kenyataan bahwa Juan telah merebut sekaligus memperkosa Deisa yang pada dasarnya adalah tunangan pamannya, Jean.
"Gak salah lo dibenci banyak orang, ternyata dari awal lo emang pembawa sial." lanjut Abyan terkekeh sinis, netra-nya berkilat penuh arti. Merencanakan sesuatu untuk esok hari, ia akan mempermalukan gadis itu.
Tak peduli pada kehormatan keluarga karena nanti hanyalah Avesya yang akan disalahkan.
Abyan dan Arbass timpang sekali, jika Arbass berpikir Avesya tetap adiknya maka Abyan berpikir Avesya lah akar permasalahannya. Dari dulu watak kedua saudara kembar tak identik itu memang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT GIRL'S NOT ME
FantasyMereka tentu saja terkejut, atas perubahan dari seorang gadis berwatak dingin yang bahkan tetap diam saat semua orang menyudutkannya. Putri bungsu dari putra pertama keluarga Darwangsa yang dulu menatap mereka dingin, kini terang-terangan memandang...