halo
PERGERAKAN JUAN yang ingin memasuki kamar Avesya harus terhenti, ketika sebuah tangan sekonyong-konyong mencekalnya. Juan menoleh mendapati Diani yang menatap khawatir, setelah pergi selama satu hari akhirnya wanita itu kembali menunjukan batang hidungnya.
"Mas Juan mau ngapain?" tanya Diani dengan raut resah yang terlihat kentara. Dia mengelus lengan atas Juan, "Mas, kan tau, Avesya kehilangan ingatannya. Tolong jangan apa-apain dia, ya," Wajah wanita itu memelas.
Juan menghembuskan nafas, "anak memalukan itu harus diberi pelajaran, Diani."
Diam-diam Diani merasa bahagia, berbanding terbalik dengan ekspresi sedihnya. Wanita itu justru ingin bersorak gembira, Juan semakin gila, Juan semakin kacau. Dan Avesya lah yang akan menjadi korban pria itu.
"Loh, Mas?! Memang Avesya ngelakuin apa lagi?" Jika lebih diteliti ucapan Diani yang seakan-akan membela Avesya, sebenarnya terdengar membenarkan semua kesalahan yang bahkan Avesya sendiri tak melakukan hal itu.
"Tadi di lift karyawan menggosipkan Avesya, Diani." Juan membuang muka. "Aku malu mempunyai anak seperti dia,"
"Mas jangan sembarangan, mungkin aja Avesya gak sengaja berbuat ulah." Nah kan. Diani itu berniat memenangkan Juan atau malah membuat pria itu makin panas? Geiry yang sedari tadi menguping di balik pintu dibuat tak habis pikir.
Gadis itu menipiskan bibir, memutar kenop pintu setelah memasang wajah lugu. "Om," ujarnya bersuara membuat atensi kedua orang itu teralihkan.
Juan mengerjap, mendadak keinginan untuk menyakiti Avesya hilang saat melihat tatapan polos gadis itu untuknya.
"Ngapain malem-malem di depan kamar gue?" tanya Geiry berlagak canggung, "gue-eh anu, saya ada salah ya, Om?"
Juan menelan saliva, menatap Geiry yang mengerjap lugu. Pria itu berdecak lidah. "Tidak ada." jawabnya setelah sekian lama terbungkam.
Tatapan Geiry jatuh pada wanita di samping Juan, "Maaf, Tante ini siapa, ya? Setau saya ibu saya udah meninggal dunia. Jadi, Tante siapa, ya?" Gadis itu meringis, mengusung senyum tak enak.
"Maaf ya, Tante. Sebenernya saya mau nanya dari kemarin-kemarin tapi saya gak enak, apalagi nanya sama orang asing." Geiry dengan mulut tajamnya yang justru terdengar lugu.
Gadis itu pura-pura gelagapan saat keduanya diam, "Maaf, maksud saya semuanya asing buat saya." ralat gadis itu cepat-cepat.
Perilakunya terlihat murni, takut sekali menyinggung mereka.
Juan maupun Diani terbungkam. Merasa tertampar telak dengan alasan masing-masing.
Diani terkekeh kikuk dengan tangan terkepal, sialan! Gadis sialan ini pasti akan sangat menyusahkan ke depannya. Kenapa? Kenapa gadis itu malah kehilangan ingatannya? Harusnya saat ini Avesya tengah meraung keras atas siksaan Juan, harusnya gadis itu kini tengah tersedu-sedu atas hukuman yang diberikan Juan. Karena Avesya telah melukai putri tersayangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT GIRL'S NOT ME
FantasyMereka tentu saja terkejut, atas perubahan dari seorang gadis berwatak dingin yang bahkan tetap diam saat semua orang menyudutkannya. Putri bungsu dari putra pertama keluarga Darwangsa yang dulu menatap mereka dingin, kini terang-terangan memandang...