Halo
Zav mengepalkan tangan saat pergerakan bibir Geiry bisa dibaca dengan jelas olehnya, "Avesya," geramnya rendah.
"Lo kenapa?" tanya Abyan heran.
"Enggak," balas Zav.
"Pulang sekolah kita semua jenguk Amera." lanjut laki-laki itu.
"Lah emang Amera sakit?" tanya Zemmy lalu tertawa, "semua orang juga bisa liat yang sakit itu Avesya bukan Amera. Avesya bahkan sampe koma, lho," lanjutnya dengan nada jenaka.
"Kalian liat, kan, tadi." Zemmy menunjuk ke arah lapangan, "cewek yang baru bangun dari koma itu udah lari-lari."
Zemmy terbahak kencang, "jadi Amera sakit apa?" tanyanya datar.
"Dia cuma kebentur dikit, jangan lebay," Lelaki itu berdecih sinis. Zemmy sungguh muak, ia menyaksikan sendiri saat di mana Amera membenturkan kepala Avesya.
"Lebay lo bilang?!" seru Abyan murka.
"Yang lebay itu Avesya, anjing!"
"Gak salah denger nih?" tanya Zemmy sinis.
"Gue gak pernah tu liat Avesya disenggol nangis, dibentak dikit nangis, makanannya pedes dikit nangis," Zemmy tidak melanjutkan. Pemuda mendecih kemudian pergi dengan tangan terkepal erat.
Yang lain terdiam, menatap punggung Zemmy dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Masuk akal juga, ya," kekeh Jikar.
"Tapi, kalo aja Avesya gak berubah mungkin gak bakalan kayak gitu." lanjutnya penuh arti.
"Gue duluan," kata Zav kemudian berlalu dari hadapan Jikar, Arbass dan Abyan.
Sepanjang kakinya melangkah tangan lelaki itu terkepal erat, tiba-tiba saja matanya menangkap pemandangan tak mengenakkan.
Avesya-nya tengah mengobrol bersama lelaki lain.
Zav berdecih, "Murahan. Lo bener-bener murahan, Esya." Meski mengucap dengan nada penuh amarah, gurat kecewa terpancar jelas di mata.
Si objek yang dipandang justru terlihat acuh, ia hanya menatap malas lelaki jangkung yang memakai almamater OSIS yang tengah mongoceh di depannya.
"Lo siapa?" tanya Geiry pada akhirnya.
Laki-laki itu terdiam, mengerjapkan mata beberapa kali kemudian keningnya mengerut samar. "Apa?" tanyanya memastikan.
Geiry berdecak sebal, "Lo siapa?" ulangnya penuh penekanan.
"Avesya--" Lelaki itu merasakan tenggorokannya tercekat, "Kamu kenapa?" tanyanya dengan raut khawatir yang jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT GIRL'S NOT ME
FantasyMereka tentu saja terkejut, atas perubahan dari seorang gadis berwatak dingin yang bahkan tetap diam saat semua orang menyudutkannya. Putri bungsu dari putra pertama keluarga Darwangsa yang dulu menatap mereka dingin, kini terang-terangan memandang...