Abyan hanya diam saat tamparan dilayangkan pada pipinya, ia menundukkan pandangan tak berani menatap Geiry yang sedang menatapnya dengan penuh amarah. Ia malu, amat sangat malu.Saat ini dia sedang berdiri di depan pintu kamar gadis itu, tanpa pulang ke rumah dia langsung bergegas pergi menuju Mansion sang Kakek, mengejar Geiry dan Arbass.
"Lo--" Geiry terdiam kehabisan kata-kata, netranya menatap Abyan dengan kecewa.
"Esya," Abyan memanggil lirih. "Maaf."
Pada akhirnya hanya keheningan melanda di antara keduanya, pikiran Abyan melayang pada beberapa waktu lalu.
Harusnya ... Harusnya ia tak mengatakan hal itu.
Beberapa waktu lalu, sebelum Geiry menutup pintu kamarnya Abyan menarik lengan gadis itu. Dia menatap Geiry dengan pandangan putus asa.
"Maafin Kakak," ujar Abyan saat itu, Geiry hanya terdiam menatapnya.
"Kakak tau kesalahan Kakak terlalu banyak tapi Esya, Kakak mohon sama kamu, maafin kakak." Abyan menatap penuh penyesalan sementara gadis itu tak bergeming sama sekali.
"Esya," panggil Abyan putus asa.
"Pergi." Akhirnya sepatah kata keluar dari bibir gadis itu. Geiry menatapnya dengan dingin, menyentak tangan Abyan yang masih menggenggam lengannya.
Abyan tergugu, dia menelan ludah karena respon itu. "Kakak gak peduli meskipun kamu anak haram--"
Dan, plak. Geiry menampar pemuda itu.
"Bajingan," umpat Geiry.
"Lo minta maaf sama gue atau mau ngatain gue anak haram, hah?!"
Abyan menggelengkan kepala sambil tetap menunduk. Bodoh. Dia sangat bodoh.
Geiry tertawa getir, "lo bahkan enggak nyari tau kebenarannya sama sekali, kan?" tanya Geiry tepat sasaran.
Dia meremas kedua bahu Abyan, menatap lelaki itu dengan pandangan dingin. "Denger gue, Byan." Geiry berujar penuh penekanan pada Abyan yang menatap dirinya dengan ekspresi rumit.
"Gue bukan anak haram, Juan." Geiry terkekeh sinis saat pandangan pemuda itu berubah kosong.
Dia bergerak mundur, melepas cengkraman pada bahu Abyan.
"Jangan pernah temuin gue sebelum lo tau semuanya, lo gak tau apa-apa Abyan, lo terlalu buta. Berhenti tutup mata dan telinga, percuma lo minta maaf tapi hati Lo menolak minta maaf sama gue karena lo tetap mengira gue adalah anak haram Juan."
Geiry terdiam sebentar lalu melanjutkan, "lo bodoh Abyan."
Gadis itu membanting pintu lalu segera menguncinya dari dalam meninggalkan Abyan yang termangu di depan pintu kamarnya.
Di sebelah kanan Arbass bersedekap dada sambil bersandar pada tembok, menyaksikan semuanya dari awal sebab khawatir akan terjadi sesuatu pada Geiry.
Sedikit, sudut hatinya merasa puas saat gadis itu melayangkan tamparan pada Abyan. Meski dia juga merasa kasihan pada adiknya itu, Arbass rasa Abyan pantas mendapatkannya.
Lelaki itu terlalu sembrono dan gegabah, gampang terhasut dan tempramental, hal yang amat sangat Arbass benci dari Abyan. Dia menghela nafas, melepas lipatan tangannya lalu berjalan mendekat, dia menepuk bahu Abyan.
"Ke kamar gih, mandi terus ganti baju, terus turun ke bawah kita makan bareng-bareng "
Abyan menoleh, menatap Arbass dengan pandangan skeptis. "Boleh?" tanya laki-laki itu dengan nada ragu.
Arbass menarik sudut bibirnya, dia tersenyum geli lalu menganggukkan kepalanya sekali. "Boleh,"
Setelahnya dia pergi meninggalkan Abyan, berjalan turun menuruni tangga. Abyan masih terdiam, dia menatap pintu kamar Geiry, "maaf Esya."
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT GIRL'S NOT ME
FantasyMereka tentu saja terkejut, atas perubahan dari seorang gadis berwatak dingin yang bahkan tetap diam saat semua orang menyudutkannya. Putri bungsu dari putra pertama keluarga Darwangsa yang dulu menatap mereka dingin, kini terang-terangan memandang...