tadinya saya mau berhenti nulis, tapi enggak jadi. Mungkin masih ada beberapa orang yang suka karya saya.
Selamat membaca
..
Amera merasa ada yang salah, gadis itu terlihat tak nyaman saat dirinya ditatap puluhan pasang mata kemana pun dirinya melangkah, diiringi bisik-bisik yang membuat dia ingin berlari lalu bersembunyi saja. Amera tak mengerti, bukankah biasanya mereka menatapnya kagum dan iri? Bukan pandangan hina macam ini.
Entah hanya perasaannya saja atau memang benar, semua orang menatapnya mencemooh. Tatapan mengejek yang biasa dilayangkan untuk kakak sepupunya yaitu Avesya kini malah tertuju pada dirinya sendiri.
Gadis itu mengeratkan genggaman tangannya pada Viona yang tampak kebingungan, dia menoleh begitu Amera semakin memepet ke sisinya.
Viona menoleh, menatap 'kucing kecil' di sampingnya yang seakan-akan sedang menggigil ketakutan. Gemas bercampur khawatir, dia mengelus pelan bahu Amera.
"Hey, gakpapa. Mungkin mereka gak sengaja liat kamu," Viona merasa bodoh. Dia menenangkan Amera dengan omong kosong, padahal dia sendiri amat sangat menyadari bahwa suasana tampak berbeda dari biasanya.
Berjalan dari kelas menuju ke kantin terasa amat jauh karena suasana yang dirasakannya sejak tadi.
"Udah-udah, jangan ditatap terus nanti Princess nya nangis, liat tu dayangnya udah khawatir." Celetukan yang tak sengaja terdengar ke telinga Viona membuatnya menggeram kesal, apalagi dia melihat sekumpulan teman-teman gadis itu tampak menertawakan ucapan tersebut.
Viona menghampiri mereka, tanpa sadar menggusur Amera yang sejak tadi menempel bak cicak.
Amera meringis namun kemudian gadis itu menundukkan kepala saat melihat sekumpulan siswi-siswi yang menatapnya jijik, tangan Amera terkepal erat. Sebenarnya ada apa?!
"Maksud lo apa bilang kayak gitu?!" sentak Viona.
Gadis yang tadi mengejek menyunggingkan senyum menghina, "apasi dayang gak usah marah-marah, tuan lo aja diem tu."
Saat hendak menjambak gadis itu tangan Viona serta merta ditahan, Amera tak mau image nya jadi buruk karena kejadian ini. Tak sadar bahwa image gadis itu sudah mulai jatuh.
"Vio, kamu jangan emosi gitu, mungkin mbak ini bukan ngomongin kita," ujar Amera ketakutan dengan tampang lugu.
Gadis yang dipanggil 'mbak' itu meradang, "Apa?! Mbak?!" teriaknya kesal, apalagi beberapa orang menertawakan dia.
Gadis itu menjambak rambut Amera, "HEH JALANG KITA SEUMURAN! JANGAN MENTANG-MENTANG MUKA LO KEK BAYI BABI LO BISA MANGGIL GUE MBAK, SIALAN!" Amera meringis kesakitan, sementara Viona yang ingin melerai ditahan oleh antek-antek gadis itu.
"Awhh-shh, ampun kak! Aku gak tau aku salah apa sama kakak, hiks!! Lepas kak, ini sakit banget!! Huaaaaaaaaaaaaaa." Amera meraung keras dengan tak tahu malunya, membuat sebagian orang justru merasa itu menggelikan.
Make up gadis itu tampak berantakan, pun maskara nya ikut luntur. Mereka jadi ingin kembali tertawa.
"Berhenti nangis goblok, geli gue liat muka lo! Maskara lo enggak waterproof noh!" Gadis bername tag Ayezza Keivana Akaizo itu--gadis yang sedari tadi berseteru dengan Amera mengernyit jijik, apalagi melihat pipi Amera bersemu, lalu gadis itu menunduk menghapus maskaranya.
Amera mengumpat dalam diam, sialan.
Pecah sudah tawa anak-anak di sana.
"Ayezza," panggilan bernada dingin itu menyita perhatian banyak siswa. Ayezza menoleh, menatap terkejut seseorang yang memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT GIRL'S NOT ME
FantasyMereka tentu saja terkejut, atas perubahan dari seorang gadis berwatak dingin yang bahkan tetap diam saat semua orang menyudutkannya. Putri bungsu dari putra pertama keluarga Darwangsa yang dulu menatap mereka dingin, kini terang-terangan memandang...