CHAPTER 30

2.8K 158 0
                                    

Pagi ini saat Geiry berjalan menuju meja makan, dirinya mendapati pemandangan berbeda. Bukan kakeknya yang duduk seorang diri lagi, namun ada satu sosok yang memunggunginya. Punggung itu nampak tak asing, ia terus berjalan mendekat hingga menyadari siapa kiranya pemilik punggung gagah itu.

"Arbass," ujarnya tanpa suara. Gadis itu menarik kursi di seberang Arbass, duduk dengan tenang tanpa mengucapkan apapun.

Arbass menoleh sekilas, menelan kembali sapaan saat ekspresi gadis itu tak enak dipandang. Ia menghela nafas dengan pelan, kembali menatap roti di piringnya, kali ini dengan pandangan rumit.

Dino, sang Kakek memperhatikan dalam diam. Dia hanya menggelengkan kepala, mengerti sebab dari interaksi dingin kedua bersaudara itu.

Ia berdeham pelan.

"Kakakmu akan tinggal di sini untuk sementara waktu," Geiry menoleh sekilas, ia mengangkat bahu dengan acuh. Terserah.

Dino menyeruput kopinya, "pulang sekolah kalian berdua datanglah ke kantor Kakek."

Keduanya menatap Dino dengan pandangan bertanya tanpa mau repot-repot melontarkan kata 'kenapa', pria itu mendengus pelan.

"Datang saja, jangan banyak tanya." cetus Dino seenaknya ditanggapi helaan nafas Geiry, ia sibuk, banyak yang harus dilakukan.

Arbass terdiam sebentar, mengingat ia sama sibuknya. Ia pun menjawab dengan suara pelan, "kita lihat nanti."

Dino berdecak, cucu-cucu kurang ajar.

Geiry mengelap mulutnya dengan tissue saat rotinya telah habis, ia menatap Dino. "Esya mau minta uang,"

Dino mengerutkan dahi, "aku kan sudah memberimu banyak, anak kecil."

Geiry mendengkus, dia membuka dompetnya lalu mengeluarkan tiga kartu kredit yang diberikan sang kakek pada dirinya. "Kakek gak ngasih tau pin-nya, percuma,"

Dino terkikik, ia lupa.

"Ya sudah," Dia membuka dompet lalu menyerahkan beberapa lembar uang cash pada Geiry. "Gunakan ini untuk sekolah nanti, untuk pin kartunya tanya saja pada asistenku, anak kecil."

Nah, kan. Kakeknya memang semenyebalkan itu.

"Okay," gumam Geiry menerima uang itu lalu memasukkannya ke dalam dompet.

Arbass memperhatikan dalam diam, lalu dengan ragu-ragu laki-laki itu membuka suara sambil menyodorkan tangannya pada Dino. "Arbass mana?" tanyanya dengan tampang polos.

Geiry memicing geli lalu memalingkan wajah sementara Dino tergelak, "oh," pria tua itu masih tergelak lalu kembali mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya, lebih banyak dari yang diberikannya pada Geiry.

Geiry menyipitkan mata sedikit tak terima, dia merasa kakeknya itu tak adil.

Dino yang sedang menaruh uang di telapak tangan Arbass memandang gadis itu lalu terkekeh geli, "aku tidak punya uang tunai lagi, gadis kecil."

Ia membuka dompetnya yang kini kosong lalu memperlihatkan pada dua cucunya. "Kosong," kata Dino.

Geiry memalingkan wajah, "Pelit."

Dino berdecak, "terserah."

Padahal pria itu sudah memberikan semua uang tunai di dompetnya pada mereka berdua. Dia hanya menggelengkan kepala lalu bangkit, "aku akan pergi ke kantor," pamitnya yang hanya dijawab anggukan Geiry.

Arbass menyahut, "hati-hati, Kek."

Dia menoleh pada Geiry, "mau berangkat bareng Kakak?"

Geiry terdiam sejenak sebelum mengangguk, lelaki itu tersenyum senang lalu berdiri dan berjalan cepat menuju bagasi mengeluarkan motornya.

THAT GIRL'S NOT ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang