CHAPTER 31

2.6K 161 0
                                    

Nah kan, yang namanya bangkai jika disembunyikan akan tercium juga, apalagi bangkai itu tak lantas kering. Dengan telinga dan mata sendiri, mereka menyaksikan kebusukan gadis berparas menggemaskan itu.

Di mana Amera berteriak murka pada Avesya, meracau tak jelas sambil mengatakan hal-hal yang tak sepantasnya.

Zavaro, Jikar, Abyan maupun Zemmy dan Arbass sama-sama diam terpaku apalagi gadis itu belum selesai berbicara.

"Jijik gue sama lo, Avesya! Jijik!" Amera kembali berteriak pada Geiry, keadaan yang sepi membuat gadis itu merasa aman.

"Bebasin Mama! Lo, kan?! Lo kan, yang laporin Mama?!" Gadis itu menunjuk-nunjuk wajah Geiry yang hanya memandang dirinya dengan tenang, tatapan gadis itu datar, Amera mulai terusik merasa tak nyaman dengan respon Geiry padanya.

"JANGAN TATAP GUE KAYAK GITU, SIALAN!" bentak gadis itu. Dia terengah-engah lalu menampar Geiry.

"Jalang sialan, gue bakalan bales perbuatan lo! Gue bakalan bikin semua orang tambah benci sama lo sialan!"

Geiry tetap diam saja dengan wajah tertoleh ke samping, sebagian wajahnya tertutupi rambut, gadis itu memegangi pipinya yang baru saja ditampar.

Abyan tak tahan, Arbass pun tampak geram. Namun saat ingin menghampiri mereka bahu keduanya ditahan Zemmy, Zemmy menggelengkan kepala dengan tatapan nanar.

Belum sempat memberi bantahan mereka semua mendengar hal yang amat menyakitkan.

"Ibu lo itu emang pantes dibunuh, sialan!"

Mereka tersentak, kembali menatap pada Amera yang baru saja berteriak demikian.

Geiry mendongak, matanya yang memandang Amera dengan tatapan tajam bisa dilihat oleh mereka semua, belum pernah mereka menyaksikan Avesya tampak marah seperti itu.

Selama ini gadis itu hanya menurut menurut menurut dan menurut, dia hanya diam saat disakiti bahkan tak jarang membalas dengan seulas senyuman.

"Apa lo bilang?" Nada Geiry memang tenang lain dengan tatapan matanya yang seakan ingin membunuh.

Amera terkekeh sinis, "apa, anjing?! Gak terima?!" Tawa gadis itu semakin keras. Dia menjambak rambut Geiry lalu berujar, "dengerin gue baik-baik, sialan. Gue bakalan bikin hidup lu hancur, si Deisa, jalang itu emang pantes diselingkuhin! Dia yang rebut Papa dari Mama gue!"

Nafas Geiry memberat, gadis itu menelan ludah merasa dirinya mulai hilang kendali. "Diam, Amera." Geiry berbisik rendah.

Amera mengernyitkan dahi, "diam? diam lo bilang?! Asal lo tau, Papa selingkuh dari Tante Deisa sampe Mama hamil dan gue adalah anak Papa!"

Gadis itu tertawa keras, dia menguatkan jambakan pada Geiry saat tak mendengar ringisan sedikitpun.

"Gue anak Papa Juan makanya Papa lebih sayang gue daripada lo, paham?!"

"Papa itu gak cinta sama si jal-"

Tubuh Amera terbentur dinding, cengkeramannya pada rambut Geiry lepas begitu saja karena terkejut. Belum sempat berbicara dia kembali dikejutkan dengan Geiry yang mencekiknya, menatap dia dengan pandangan murka.

"DEMI TUHAN, DIAM SIALAN!"

"MAMA BUKAN JALANG, SIALAN! NYOKAP LO YANG JALANG, PEREMPUAN SIALAN ITU YANG GODA JUAN!!" Geiry berteriak marah, mengeratkan cekikannya tak peduli Amera sudah berlinang air mata, gadis itu terbatuk, wajahnya memucat.

Lain dengan Arbass dan Abyan yang mematung karena terkejut, Zemmy, Zavaro serta Arbass berlari cepat memisahkan keduanya. Yang saat ini Zemmy khawatirkan bukanlah Amera, yang Zemmy khawatirkan adalah, bagaimana jika Geiry membunuhnya lalu masuk penjara.

THAT GIRL'S NOT ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang