Sama seperti hari-hari sebelumnya. Setiap hari di gedung sekolah ini hampir seluruh siswa di antar jemput menggunakan mobil pribadi, tak jarang juga ada yang mengemudikan kendaraannya sendiri, kecuali Jake. Cowok itu selalu turun di halte dekat sekolah, lalu berjalan sedikit untuk sampai di pintu gerbang.
Itu sudah menjadi rutinitasnya setiap pagi. Memang cukup jauh untuk berjalan kaki dari halte sampai gedung sekolah, namun tidak ada sedikitpun Jake pernah mengeluh. Terkadang, Jungwon juga mengajaknya berangkat bersama, tapi Jake menolak, alasanya karena tidak mau merepotkan.
Pagi ini Jake berangkat agak siang, karena semalam dia pulang larut malam dari bekerja. Yang biasanya setiap dia datang sekolah masih sepi dan hanya ada beberapa siswa, tapi sekarang dia sudah bisa melihat anak-anak cowok bermain basket di lapangan sekolah.
Jake berjalan menuju kelasnya melewati beberapa koridor kelas, salah satunya kelas Sunghoon. Dia melirik sekilas kelas yang dihuni oleh sebagian anak-anak nakal itu. Di dalamnya hanya ada beberapa anak perempuan yang sedang bergosip, lalu Jake menelisik lebih dalam, dan dia menyadari jika tidak ada Sunghoon di dalam sana.
"Pasti bolos lagi." ujarnya pelan, lalu melangkah kembali menuju kelasnya.
Baru beberapa langkah berjalan, Jake merasakan sesuatu yang keras menghantam punggungnya. Rasanya sangat sakit dan perih. Dia meringis pelan lalu tersentak saat ada sebuah suara yang meneriakinya.
"Woy! Lempar bolanya dong!" teriak anak laki-laki yang sedang bermain basket di tengah lapangan itu.
Jake melirik bola yang ada di sebelah kakinya, dan dia baru menyadari jika tadi dia terkena lemparan bola basket dari anak-anak di lapangan.
"Woy lo budek! Buruan! Gob—AWW!" anak laki-laki tadi menjerit kesakitan saat merasakan bagian kepalanya dipukul dari belakang.
"Lo nyari mati!"
Anak cowok itu membelalak, "S-sunghoon..."
"Kaki lo nggak bisa jalan apa cacat!"
Dan bukan hanya anak-anak yang berada di tengah lapangan saja yang terkesiap, kini Jake pun tidak bisa menahan keterkejutannya saat Sunghoon memukul cowok itu Tiba-tiba.
"Tau kan apa yang lo lakuin tadi!" Sunghoon menendang kaki cowok itu hingga dia jatuh berlutut di depannya.
"Lo yang bego ngelempar bola! Bisa-bisanya kena orang di pinggir lapangan." Sunghoon menarik kerah seragam cowok itu dan bersiap mengayunkan tinjunya.
"Sunghoon..." Jake segera berlari ke tengah lapangan, menarik tangan Sunghoon yang sudah mengepal. "Jangan pukul dia." sergah Jake.
"Lepas! Gue nggak suka ngeliat nih orang sok berkuasa di sini!"
"Aku nggak papa kok, udah yukk."
"Gak! Gue harus kasih dia pelajaran dulu."
Satu pukulan mendarat di pipi cowok itu, dia tersungkur di atas lapangan dan tidak ada satu orangpun yang mampu mencegahnya melakukan itu.
"Ampun Hoon... gue salah." mohon cowok itu.
"Iya, emang lo salah!" Sunghoon menarik kerah cowok itu lagi, "Minta maaf sama dia!" Sunghoon menunjuk kearah Jake.
Awalnya anak cowok itu hanya terdiam, dia tidak sudi merendahkan diri dihadapan anak beasiswa seperti Jake, namun tatapan menyalang dari Sunghoon membuat cowok itu pasrah berlutut di depannya.
"Enggak usah," Jake melangkah mundur sedikit. Terlalu aneh untuk Jake saat ada orang yang berlutut di bawah kakinya.
"Gue minta maaf...." ucapnya penuh ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
{SUDAH TERBIT} Started with you
Teen Fiction[Beberapa part dihapus] Sunghoon adalah salah satu gelar penguasa tertinggi, kedudukannya bahkan lebih tinggi dari seorang raja. Namun, Sunghoon Mandala adalah penguasa kegelapan di muka bumi ini. Sebut saja, berkelahi, mabuk-mabukan, dan seks bebas...