40 ♡ perasaan mama

4.9K 750 13
                                    

Seteleh beberapa saat Jake memutuskan panggilan telfonnnya, Sunghoon memandang hampa pada luar jendela di dalam kamarnya.

Bertambahnya anggota keluarga yang ada dirumahnya membuat Sunghoon tidak bebas, Dia tidak pernah menyangka jika Kevin akan membawa Karina masuk ke dalam rumah secepat ini. Apalagi tanpa memberitahu Oma Yolanda terlebih dahulu.

Sunghoon merasa ini terlalu cepat dan terburu-buru. Sunghoon kira Kevin akan memberi waktu agak lama untuk membawa Karina ke rumah, atau setidaknya sampai dia memiliki kekuatan untuk memperbaiki hatinya.

Pada beberapa detik di tengah-tengah dirinya menatap luar jendela, Sunghoon memikirkan keadaan Ibunya. Tentang perasaan Ibunya saat ini. Apakah Ibunya baik-baik saja? Bagaimana perempuan itu menerima kenyataan ini?

Lalu, seolah tidak dapat mengendalikan hatinya. Sunghoon memikirkan tentang Karina. Sudah sejauh apa dia menghancurkannya. Atau sudah sebanyak rasa kesal yang dia berikan untuk Sunghoon.

Sunghoon merasa dirundung dilema.

"Hai anak ganteng."

Sunghoon menoleh, mendapati Prasilia masuk ke dalam kamarnya dengan sebotol alkohol. Perempuan itu tersenyum, lalu duduk di tepi ranjang sambil menghela nafas.

"Kayaknya minum di sini nggak akan ketahuan Oma kamu." Prasilia berujar dengan senyuman, namun semakin banyak Prasilia tersenyum, semakin terlihat jelas kesedihan di wajahnya.

Sunghoon berdecak. Menatap tidak suka pada botol yang berada di tangan Prasilia. Selalu seperti itu, Prasilia pasti akan melampiaskan perasaan sakitnya dengan meminum alkohol.

"Oma kamu tuh rese, bikin Mama nggak bisa bebas minum." ujar Prasilia sembari membuka tutup botol.

Perempuan itu lalu menenggak isi botolnya, membiarkan cairan memabukan itu turun membasahi tenggorokannya.

Sunghoon hanya mengamati Prasilia dari tempatnya tanpa mau bersuara. Hingga kemudian dia berjalan mendekati, dan mulai merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Untuk beberapa saat hanya hening yang terjadi di antara Ibu dan anak itu. Sunghoon memejamkan matanya erat-erat.

"Kamu udah tau sejak kapan?" Prasilia bertanya sembari memainkan botol ditangannya.

Mata Sunghoon terbuka lalu mengerjap berat. Masih dengan posisi berbaring dengan kedua tangan sebagai bantalan, Sunghoon menatap langit-langit kamarnya.

Prasilia menghela sebelum kembali bertanya. "Kamu baik-baik aja?"

"Sekarang bukan waktunya Mama mikirin aku."

"Terus Mama mikirin siapa lagi kalo bukan mikirin anak Mama?" Perempuan itu terkekeh kecil, seolah sedang berusaha untuk terlihat baik-baik saja di depan anaknya.

"Aku udah pernah bilang kan kalo aku benci lihat Mama senyum kayak gitu." Sunghoon beringsut duduk, menatap Ibunya yang menunduk sendu. "Mah, sekali aja jangan mikirin aku. Mama juga harus mikirin perasaan Mama sendiri. Aku tau selama ini Mama bertahan sama Papa karena mikirin aku, mikirin masa depan aku. Mama tersiksa... aku tau itu."

Prasilia mengeratkan jari-jarinya pada kaca botol alkohol di tangan. Perempuan itu memilih untuk membuang wajahnya ke lain arah, asal tidak melihat Sunghoon.

"Mah... aku baik-baik aja. Aku bisa jaga perasaan aku. Udah saatnya Mama mikirin diri Mama sendiri. Berhenti untuk terlihat baik-baik aja. Kalo Mama kayak gini, Mama sama aja nyakitin aku. Aku nggak butuh apa-apa, mah. Selama ini yang aku butuhin cuma Mama, bukan kebebasan."

Prasilia menoleh, menatap Sunghoon dengan penuh rasa bersalah. "Anak Mama udah gede ya, udah pinter ngomong sekarang."

"Mah!"

{SUDAH TERBIT} Started with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang