28 ♡ sayang lo

7.6K 1K 83
                                    

Semua orang memilki pandangan yang berbeda-beda tentang cinta. Begitu juga dengan Sunghoon. Cinta membuatnya hidup dalam mimpi buruk, meskipun dirinya tidak bermimpi. Sama seperti hidup, cinta itu singkat. bisa datang dan pergi begitu saja.

Setelah selama ini Sunghoon membiarkan dirinya terkunci dalam kesendirian dan menutup hatinya untuk orang lain. Sekarang tidak lagi, karena dia telah membiarkan seseorang masuk tanpa izin ke dalam hidupnya, menyentuh dalam isi hatinya lalu memporak-porandakan perasaannya.

Jake menjadi satu-satunya yang pertama kali menyentuh hidupnya sedalam ini, membuat Sunghoon yang sebelumnya tidak pernah berurusan dengan hal sensitif, harus merasakan indahnya jatuh cinta, berpacaran, hingga berjalan memasuki rumahnya sambil tersenyum sendirian.

Tentu itu menjadi pengamatan Prasilia yang kini sedang berdiri di undakan anak tangga terakhir rumahnya. Kening wanita itu mengkerut mendapati anak lelaki tertampan seantero Jakarta itu tersenyum malu-malu seperti anak perawan yang baru saja dicium kekasihnya saat berjalan melewati pintu rumah.

"Seneng banget sihhh..." suara Prasilia yang baru saja masuk ke dalam indera pendengarannya, mendadak membuat Sunghoon menarik kembali senyum cerah di wajahnya.

"Lagi kenapa? Kepo banget nih Mama." tanya Prasilia menyelidik.

"Urusan anak muda." balas Sunghoon ketus sambil melewati sang Ibu yang tidak pernah jauh dengan kehebohannya.

"Eh... tunggu-tunggu." Prasilia mencekal lengan anaknya, "Mama mau kasih sesuatu." lanjutnya dengan senyum menggoda.

Seperti dugaan Sunghoon, jika Ibunya akan memberikan sesuatu yang sempat mereka bicarakan kemarin. Karena kini, wanita itu sudah menunjukan sebuah kunci di depan wajahnya.

"Kunci apartemen kamu," Prasilia terkekeh senang.

Sunghoon langsung merampasnya dari tangan Prasilia, dan memandangi kunci itu seraya tersenyum miring. "Lebih cepet dari yang aku kira. Betewe, thank you, Mom..." ujarnya lalu melangkah menaiki anak tangga.

"Kamu nggak mau nanya kenapa Mama bisa dapet kunci itu dari Papa kamu?"

Langkah Sunghoon berhenti pada undakan anak tangga paling atas. Sebenarnya ini yang tidak ingin dia dengar. Sunghoon tau jika Ibunya memiliki banyak alasan sehingga sang Ayah selalu menuruti kemauan Ibunya.

"Papa kamu punya selingkuhan."

Sunghoon memutar badannya, memandang turun ke bawah dimana Prasilia masih berdiri di sana dengan tubuh gemetar.

"Mah—"

"Namanya Cinta," Prasilia menatap anaknya sambil tersenyum, senyuman yang sangat dipaksakan. Sunghoon melihat itu. "Mama ancem aja, kalo Papa nggak kasih kunci apartemen itu, Mama bakalan kasih tau ke Oma kamu." ujarnya diakhiri dengan kekehan yang menyakitkan.

"Mah," Sunghoon turun selangkah. "Aku—"

"Tenang aja, apartemen kamu bakalan aman. Papa nggak akan berani ganggu lagi." katanya lagi, masih dengan senyuman yang dipaksakan untuk meyakinkan Sunghoon jika dia baik-baik saja, walaupun Sunghoon tau, jauh di dalam hati sang ibu, dia merasakan kesakitan yang teramat sangat.

"Jangan senyum kayak gitu, aku benci liatnya."

"Eyy... Mama itu cantik kalo lagi senyum, makanya dulu terkenal kan, jadi model?"

Semakin melihat senyum Prasilia, semakin Sunghoon merasakan kemarahan yang meledak pada ayahnya.

Sunghoon lebih senang jika Ibunya memilih untuk pergi dari sang Ayah, seperti perceraian. Dibanding harus berpura-pura kuat dan berakhir dengan menyakiti dirinya, menelantarkan sang anak yang masih butuh kasih sayang.

{SUDAH TERBIT} Started with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang