"Jake... gue minta maaf atas nama Sunghoon." suara Jay memecahkan kesunyian di dalam ruangan itu.
Setelah Sunghoon menyetujui ajakan taruhan dari Hyunjin, mereka bertiga membawa Jake ke dalam ruangan yang ada di dalam gedung dekat arena balapan.
Jake hanya menundukan wajahnya sedari tadi, tidak ada emosi atau amarah yang keluar darinya. Justru hal itu membuat ketiga cowok yang ada di sana merasa bingung untuk bersuara.
"Lo jangan marah ya, gue yakin Sunghoon bakalan menang kok." sahut Heeseung yang kini saling bertatapan dengan kedua temannya.
Keterdiaman Jake malah membuat mereka saling melempar pandangan, menyuruh satu sama lain untuk mengucapkan sesuatu.
"Sunghoon nggak bermaksud ngejadiin lo barang taruhan, Jake. Lo harus percaya dia nggak setolol itu kok."
Entah bagaimana Jake harus meresponnya, karena di sela ucapakan Jay barusan, Jake masih terus terngiang oleh perkataan Sunghoon sebelum meninggalkannya tadi.
"Tapi si Sunghoon kenapa setuju ya?" tanya Ni-ki sedikit bingung.
"Tau tuh si monyet." Heeseung ikut menimpali.
Hatinya sakit. Jake tidak membutuhkan apapun saat ini, dirinya hanya ingin mendengar penjelasan dari Sunghoon atas apa yang cowok itu lakukan padanya. Sunghoon menyetujui ajakan Hyunjin untuk menjadikannya barang taruhan.
"Emang kampret tuh anak, kalo terima taruhan nggak dipikir dulu." Jay sontak menoyor kepala Heeseung, membuat cowok itu melirik kesal ke arahnya.
"Kenapa? Benerkan ucapan gue?"
"Lo bisa diem nggak?" Jay kembali menatap Jake, "Gue tau ini semua bikin lo takut, tapi percaya deh Sunghoon nggak mungkin menyanggupi taruhan itu kalo Hyunjin nggak nantang dia tadi. Gue yakin dia cuma kebawa emosi."
"Emang tolol kan si tai!" Jay lagi-lagi menoyor kepala Heeseung.
"Jake, jangan diem aja dong, kita bertiga jadi takut nih."
Jake menatap ketiga cowok itu bergantian, kemudian menghembuskan napasnya berat. Lalu menunduk, memilin kedua tangannya.
"Gue juga minta maaf karena nggak bisa cegah si monyet itu buat ngikutin ajakannya Hyunjin." ucap Heeseung putus asa.
"Gua tau Jake, lo kesel banget sama tuh kambing, gue juga sama, kesel. Tapi tenang aja, entar dia dateng lo boleh kok tonjok mukanya. Apa mau gue wakilin?" sambung Ni-ki.
Jake masih terdiam. Dia tidak tahu harus mengucapkan apa. Jauh di dalam lubuk hatinya, ini sangat menyakitkan. Jake ingin menangis, tapi tidak bisa, air matanya seolah tidak bisa tumpah sedikitpun.
"Diem lo!" suara lantang Sunghoon yang berdiri di ujung pintu membuat mereka menoleh pada satu titik.
Jake bergeming sementara ketiga cowok yang sejak tadi menemaninya sudah beranjak berdiri.
"Udah selesai lo balapannya?" tanya Jay.
Sunghoon tidak menjawab, Sunghoon hanya berjalan lurus menghampiri Jake. Ia menarik tangan Jake itu hingga membuatnya berdiri.
"Lo pada urus semuanya, gue mau nganter dia balik dulu."
"Lo menang kan?"
Sunghoon tidak menggubris pertanyaan Heeseung barusan. Cowok itu berjalan meninggalkan ketiga temannya dengan menggenggam tangan Jake yang kini juga ikut melangkahkan kaki di belakang tubuhnya.
Jake masih terdiam dengan bibir terkunci rapat ketika Sunghoon memberikannya helm dan meminta Jake untuk naik ke atas motornya. Tidak ada penjelasan apapun yang keluar dari bibir Sunghoon saat ini, mereka sama-sama terdiam bahkan ketika Sunghoon membawa motornya pergi menjauh dari tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
{SUDAH TERBIT} Started with you
Teen Fiction[Beberapa part dihapus] Sunghoon adalah salah satu gelar penguasa tertinggi, kedudukannya bahkan lebih tinggi dari seorang raja. Namun, Sunghoon Mandala adalah penguasa kegelapan di muka bumi ini. Sebut saja, berkelahi, mabuk-mabukan, dan seks bebas...