"Belajar di sini?"
Suara Jake membuat Sunghoon tersentak. Sunghoon mengedikan bahunya santai lalu mulai menaikan satu kakinya ke atas bangku.
"Di kuburan kalo lo mau juga nggak masalah."
Jake mencebik, "Aku cuma nanya."
"Pertanyaan lo bikin kesel."
Mata Jake memicik. Kalau bukan karena beasiswa, Jake rasanya tidak ingin belajar bersama Sunghoon.
"Itu rokoknya, nggak mau di buang dulu?"
Sunghoon lalu melirik batang rokok yang sejak tadi berada di tangannya, "Kenapa? lo nggak suka?"
"Terserah kamu, asal jangan di nyalahin aja."
Sunghoon mendengkus, memasukan kembali satu batang rokok itu ke dalam bungkusannya. Dapat dia lihat jika kini Jake sedang tersenyum meledek ke arahnya.
"Puas lo?"
"Puas." balasnya terkekeh, tidak jadi kesal karena ia telah berhasil membalas Sunghoon.
Jake mulai mengeluarkan beberapa buku catatan di atas meja, lalu mulai memberi penjelasan kepada Sunghoon. Cowok itu hanya menganggukan kepalanya pelan, memutar-mutar pulpen di tanganya, lalu sesekali menguap tidak betah.
Sunghoon terlihat bosan mendengarkan suara Jake, sesekali ia melipat-lipat kertas menjadikan pesawat terbang dan terkadang mencoret-coret tidak jelas, lebih tepatnya menggambar sesuatu di atas buku tulis Jake.
"Kamu jago gambar ya?" tanya Jake setelah berhenti memberi penjelasan pada Sunghoon. Dia terus memandangi goresan-goresan yang Sunghoon buat di atas kertas.
"Enggak juga, cuma suka aja nyoret-nyoret." tangan Sunghoon masih sibuk menggambar sesuatu.
"Yang kemarin bagus loh." Sunghoon menoleh sebentar, "Aku nggak jadi marah karena suka liat gambar kamu."
Sunghoon mengedikkan bahunya cuek.
"Sunghoon, tapi belajar dulu yuk, udah mau hujan."
"Sstt... lo nggak capek apa? Minum dulu sana. Gue aja capek yang cuma ngedengerin lo ngomong."
"Kapan bisanya kalo ngeluh mulu. Kamu itu harus sering-sering baca, terus hafalin. Jangan pas sama aku aja kamu baru baca, itu juga aku yang ngejelasin."
"Cowok kayak lo ternyata cerewet juga ya!" Sunghoon meletakan pulpennya dengan keras. "Gue pusing liatin tuh rumus!"
"Makanya kamu belajar, biar ngerti."
"Dasarnya gue udah paham kok, satu ditambah satu ya dua. Dua dikali dua ya empat. Nggak usah pake rumus juga beres!"
Jake menghela nafas, "Kamu kok ngeles mulu sih, ada aja jawabannya. Kok bisa ya cewek-cewek naksir kamu."
"Jelas, karena gue ganteng!" ujarnya sombong.
"Kasian cewek-cewek itu, suka sama kamu cuma liat dari luarnya aja." Jake mencibir.
"Emang harus lihat apanya?" Sunghoon menyandarkan tubuhnya sambil meletakan kedua tangan di belakang leher.
"Hati." Jake tersenyum, "Kamu tau, hati itu tempat dari dalam diri manusia yang paling jujur. Kalau kamu tulus, orang-orang disekitar kamu juga akan ikut tulus sama kamu."
"Perlu gue ulang berapa kali kalo gue nggak butuh orang lain."
"Mana ada sih Sunghoon, mana ada orang yang nggak butuh orang lain." Jake mencebikkan bibirnya. Ekspresi di wajahnya yang paling Sunghoon benci saat bersama dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
{SUDAH TERBIT} Started with you
Roman pour Adolescents[Beberapa part dihapus] Sunghoon adalah salah satu gelar penguasa tertinggi, kedudukannya bahkan lebih tinggi dari seorang raja. Namun, Sunghoon Mandala adalah penguasa kegelapan di muka bumi ini. Sebut saja, berkelahi, mabuk-mabukan, dan seks bebas...