02 ♡ demi masa depan

9.2K 1.3K 144
                                    

Jake berjalan mantap dengan wajah merengut sebal, penolakan Sunghoon barusan membuatnya patah semangat. Masa ia harus merelakan kesempatan bagus ini begitu saja? Biaya kuliah gratis. Kan tidak selamanya dia bisa mendapatkan ini. Jake terus menggerutu dalam hati hingga tanpa sadar ia telah tiba di depan ruangan kepala sekolah.

Beberapa menit yang lalu ada seorang siswa yang datang ke kelasnya dan mengatakan jika dirinya dipanggil ke ruangan kepala sekolah. Maka, di sinilah Jake sekarang, sedang mengetuk pelan pintu berwarna coklat itu dan perlahan masuk ke dalam setelah mendapat izin.

Dari ambang pintu dia bisa melihat pak Darma sedang duduk berhadapan dengan seorang wanita tua yang berumur kira-kira pertengahan 60 tahun. Pak Darma tersenyum saat melihat Jake. Beliau menyuruhnya masuk dan duduk di kursi tengah.

"Ini loh, Bu. Jake yang saya ceritakan itu."

Jake terkesiap saat mendengar ucapan pak Darma. Namanya baru saja disebut, bukan hal aneh memang, tapi terasa aneh saat pak Darma menyebutkan namanya di depan wanita tua yang tidak dia ketahui siapa sebelumnya.

"Jake, perkenalkan ini Bu Yolanda. Ibu Pemilik Coex Store, penyumbang dana terbesar di sekolah setiap tahunnya." reflek Jake langsung menatap ke arah wanita tua itu yang terlihat lebih muda dari umurnya, ia lalu mencium tangannya.

"Apa kabar Jake?" tanya Ibu Yolanda lembut seraya menatap Jake penuh senyuman.

"Baik, Bu." la tersenyum kaku, merasa sungkan pada wanita tua yang terlihat hangat dan baik, yang Jake yakini juga sebagai Omanya Sunghoon.

"Gimana Sunghoon? Dia mau belajar sama kamu?"

Jake sedikit bingung untuk menjawabnya. Jika dilihat-lihat, Ibu Yolanda ini sangat berbeda dengan Sunghoon, sangat jauh. Suaranya lembut dan menenangkan, berbeda dengan Sunghoon yang selalu memancarkan aura menakutkan.

"Aku udah bicara sama Sunghoon, tapi... dia nggak mau, Bu."

Tidak ada keterkejutan sama sekali di wajah Ibu Yolanda. Wanita itu hanya menggeleng-gelengkan kepala pelan, dan Jake yakin beliau sudah terbiasa dengan kelakuan cucu satu-satunya itu.

"Kamu mau kan usaha bujuk anak itu?" nada suara terdengar pelan dan penuh permintaan.

Mendengar itu Jake tersenyum kecil, "Bakal aku coba, Bu."

"Terima kasih, Nak. Saya minta tolong sekali sama kamu."

Jake tersentak saat merasakan genggaman lembut pada tangannya. "Sunghoon memang sedikit galak, tapi dia anak yang baik kok."

Dalam hati Jake meringis. Betapa beruntungnya Sunghoon memiliki Oma seperti Ibu Yolanda ini. Lembut, perhatian, dan sangat memikirkan masa depan cucunya. Siapapun yang menjadi cucunya pasti akan sangat beruntung.

"Harapan saya cuma kamu." Ibu Yolanda menjeda ucapannya sebentar, "Saya sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya meminta anak itu untuk belajar. Sunghoon sangat keras kepala, mirip seperti Ayahnya."

Ada sedikit perasaan takut. Jika dengan Omanya saja Sunghoon bisa seperti itu, apalagi dengan Jake yang hanya seorang anak beasiswa? Namun, Jake tidak boleh patah semangat, Ibu Yolanda benar-benar baik, dan wanita tua itu sangat berharap dengannya.

"Aku usahain, Bu. Aku juga yakin Sunghoon bisa memperbaiki nilai-nilai sekolahnya."

"Apa pun akan saya berikan, saya akan memberikan kamu hadiah. Kuliah di Universitas impian kamu, di luar Negri atau dalam Negri, apa pun itu kalo Sunghoon bisa merubah nilai-nilai sekolahnya."

Tangan Jake mengibas pelan sambil
memberikan gelengan kecil. "Jangan seperti ini, Bu. Aku pasti bakal bantu Sunghoon." Ia menyengir.

Ibu Yolanda menepuk-nepuk punggung tangannya lembut, "Pak Darma nggak salah pilih kamu." ujarnya sembari melirik Pak Darma. "Terima kasih, Jake. Terima kasih. Saya banyak berharap sama kamu."

{SUDAH TERBIT} Started with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang