36 ♡ dia...?

5.7K 864 418
                                    

takut bangett lhoo, takut bangett lhooo....

• • • • • • • •

Sunghoon tersenyum, menatap pantulan dirinya di depan cermin. Sesuai dengan rencana yang sudah dia dan Jake sepakati hari ini, mereka akan menghabiskan sisa-sisa hari ulang tahun Jake dengan menonton televisi sambil memakan pizza di apartemennya.

Dengan senyum yang mengembang sempurna, Sunghoon melangkah keluar dari kamarnya untuk menjemput Jake dan membawanya apartemen. Namun, baru beberapa langkah keluar, Sunghoon mendengar Kei berbicara lewat telepon dengan seseorang tepat di depan ruang kerja Ayahnya.

"Kenapa, om?"

Kei tersentak, mengangkat wajahnya dengan raut panik dan khawatir. "Oh, Sunghoon." balasnya sedikit terkejut. "Ini, anak om masuk rumah sakit, om disuruh cepat-cepat ke sana. Tapi, om juga disuruh pak Kevin buat ambil berkas di laci meja kerjanya." Kei menghela, "Om jadi bingung."

Sunghoon melirik jam di tangan. Dia berpikir sebentar sebelum akhirnya menatap Kei lagi, "Om ke rumah sakit aja, biar saya yang anter berkasnya ke kantor Papa."

"Kamu beneran mau anter itu?" tanya Kei tidak percaya. Sunghoon hanya mengangguk pelan. "Makasih ya, Sunghoon. Om lega dengernya."

"Nggak papa om, sekalian saya mau pergi."

Kei tersenyum lega, menatap jam di tangannya lalu memegang pundak Sunghoon. "Om minta tolong ya, berkasnya ada di map kuning yang berlogo perusahaan, kamu cari di dalam laci meja ya. Om udah nggak ada waktu. Tolong ya, Sunghoon."

"Iya, om."

"Makasih, om jalan sekarang ya." Kei menepuk pundak Sunghoon pelan lalu berlalu dari sana.

Bersamaan dengan itu, Sunghoon mulai membuka pintu kayu ruang kerja Ayahnya. Menyalahkan lampu dan masuk ke dalam. Hal pertama yang dia lihat adalah keadaan ruangan yang rapi dan elegan khas seorang pemilik perusahaan besar.

Bukan sekali dua kali Sunghoon masuk ke ruangan ini, bahkan sering, tapi itu dulu saat dia masih kecil dan selalu mencoba mencari perhatian Kevin. Sunghoon selalu datang ke ruangan Ayahnya hanya untuk menunjukan kertas hasil ujian. Tapi, Kevin selalu mengabaikan itu sehingga rasanya Sunghoon benci berada di ruangan ini lagi.

Seperti penjelasan Kei tadi, map itu berada di dalam laci meja kerja Kevin. Sunghoon menarik sedikit laci meja itu, dan membukanya. Map kuning dengan logo perusahaan langsung terlihat, dia yakin jika itu map yang di maksud Kei. Dan dengan cepat Sunghoon menarik lagi laci tersebut hingga terbuka lebih lebar. Dia lalu mengambil map itu. Namun, begitu map itu terangkat, mata Sunghoon tidak sengaja melihat satu kotak persegi panjang yang terdapat ukiran di atasnya.

Sunghoon mengernyit, sejak kapan Ayahnya menyimpan benda seperti itu. Bukan, memang sejak kapan dia ingin tau tentang barang-barang yang dimiliki Ayahnya. Lantas Sunghoon menutup laci tersebut dan segera menjauh dari meja kerja itu.

Dia melangkah menuju pintu untuk keluar. Saat tangannya ingin membuka knop pintu, Sunghoon lalu berbalik. Ada perasaan janggal setelah melihat kotak itu, Sunghoon menegang dengan napas sedikit tercekat. Dia kembali menuju meja kerja Kevin, lalu kembali membuka laci tersebut dan mengeluarkan isi kotak dari dalamnya.

Tubuh Sunghoon terasa memanas, jantungnya berdetak tidak karuan. Dia baru saja membuka kotak tersebut dan mengetahui apa isinya. Tidak mungkin, kata itu yang tiba-tiba saja langsung menghampiri hatinya. Sunghoon mencelos, kakinya serasa melemah. Dia limbung hingga terduduk di atas lantai.

Kotak itu hanya berisi beberapa lembar foto, dan tulisan nama dibelakangnya. Namun, hal itu membut hati Sunghoon seketika ambruk.

Kotak itu terjatuh, bersamaan dengan perasaannya yang hancur.

{SUDAH TERBIT} Started with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang