Semua siswa sudah keluar dari kelas beberapa menit yang lalu setelah bel pulang berbunyi. Semua kelas kosong, jadi tidak ada yang mengganggu Jake dan Sunghoon untuk belajar hari ini.
"Ada yang nggak kamu ngerti?" Jake bertanya karena sejak tadi Sunghoon hanya duduk bersandar pada kursi sambil memainkan pulpen di tangan, padahal Jake sudah menyodorkan selembar kertas soal untuk Sunghoon berlajar.
"Gue males!"
"Males mulu, kapan kamu bisanya kalo terus-terusan males." sahut Jake.
"Ini tuh nggak penting buat gue!" Sunghoon melemparkan pulpen di tangannya.
Jake menghela, berusaha sabar untuk mengajari Sunghoon.
"Nggak boleh ngomong sembarangan, di luar sana banyak orang yang mau sekolah tapi nggak bisa karena gak ada biaya, harusnya kamu bersyukur masih bisa sekolah." ujarnya.
Sunghoon menaikan sebelah alisnya ke atas, menatap Jake penuh cemoh. "Lo pikir gue peduli, terus gue bakalan tersentuh gitu sama omongan lo?"
"Mungkin enggak, tapi setidaknya sekarang kamu tau."
Sunghoon kembali memainkan pulpen di tangannya, "Sekali pun gue tau nggak akan ada yang berubah. Mereka bukan urusan gue!"
Kepala Jake menggeleng samar, helaan napasnya terdengar sangat berat. Ternyata memang susah untuk mengerti isi kepala dari seorang Sunghoon Mandala.
"Sekarang kamu bisa ngomong kayak gitu, tapi nanti kamu pasti nyesel."
Meletakan pulpen di tangan ke atas meja, Sunghoon mengeluarkan handphonenya dan mengetik sesuatu di atas layar.
"Gue dari lahir sampe bernapas kayak sekarang ini nggak pernah ya yang namanya nyesel!"
"Itu karena kamu egois dan nggak pernah peduli sama orang lain!"
"Gue terlahir untuk diri gue sendiri!"
"Manusia diciptakan bukan untuk dirinya sendiri, kamu masih berhutang satu nyawa sama ibu kamu. Ngelahirin kamu ke dunia ini tuh ibu kamu di antara hidup dan mati!"
Sunghoon melirik Jake yang kini sedang merengut. Cowok itu menegakkan badannya tidak peduli dengan ucapan Jake barusan.
"Gue kan nggak minta dilahirin." katanya santai.
Jake menggeram kesal. Ingin sekali dia memukul kepala Sunghoon agar cowok itu sadar jika ucapannya benar-benar sudah kurang ajar. Ia tatap lelaki itu dengan mata menyipit, padahal tampang Sunghoon tidak terlihat seperti anak-anak nakal, tapi kenapa belajar saja sulit sekali untuknya.
"Kenapa lo?"
"Kamu tuh beneran males apa memang nggak bisa ngerjain soal sih?"
"Mau tau?" tanya Sunghoon dengan alis naik ke atas.
Jake mengangguk.
"Bukan urusan lo!" jawab Sunghoon.
Jake mendengkus, berbicara dengan Sunghoon memang butuh kesabaran yang banyak. Rasanya Jake ingin menyerah, tapi bayang-bayang kuliah secara gratis mampu menguatkannya.
"Ya udah, sekarang cepetan kamu kerjain soalnya."
"Iya bawel!"
Sunghoon mengambil pulpennya dan mulai berkonsentrasi dengan kertas di tangan. Jake hanya memperhatikan Sunghoon yang terlihat sedang mencoret-coret kertas itu. Jarak tubuh mereka yang jauh hanya membuat Jake melihat pergerakan tangan Sunghoon.
Sesekali Sunghoon menatap Jake penuh cemooh dengan bibir nencebik, seolah sedang berpikir.
Jika dilihat-lihat, wajah Sunghoon yang serius memang sangat tampan. Bibir yang tebal membuatnya semakin terlihat seksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
{SUDAH TERBIT} Started with you
Novela Juvenil[Beberapa part dihapus] Sunghoon adalah salah satu gelar penguasa tertinggi, kedudukannya bahkan lebih tinggi dari seorang raja. Namun, Sunghoon Mandala adalah penguasa kegelapan di muka bumi ini. Sebut saja, berkelahi, mabuk-mabukan, dan seks bebas...