30 ♡ kenapa?

6.8K 1K 225
                                    

Hal yang pertama kali Jake rasakan saat membuka mata adalah kepalanya yang berdenyut sakit. Pandangannya berkunang-kunang dan buram, namun Jake masih bisa menebak dimana dia saat ini karena merasakan tubuhnya terbaring di atas sebuah kasur empuk berseprai putih.

Dengan kesadaran yang hampir penuh, Jake beringsut dari kasur tersebut dan menatap ke seluruh ruangan. Dia yakin jika ruangan ini adalah sebuah kamar, karena begitu dia menajamkan penglihatannya, di sudut dinding ruangan itu ada satu lemari besar dan satu meja kecil dengan lampu baca di atasnya.

Jika dilihat lebih teliti, kamar tersebut juga tidak memiliki jendela, semua tertutup rapih. Hanya pintu kayu berwarna coklat di depan sanalah satu-satunya akses untuk keluar.

Jake samar-samar mulai mengingat bagaimana dia bisa berakhir di tempat ini dengan kepala yang terasa berat dan menyakitkan.

Awal mulanya terjadi saat dia sedang berada di parkiran untuk menemui Sunghoon, namun tiba-tiba Jake merasakan ada seseorang yang membekap mulutnya dan memaksa dirinya untuk masuk ke dalam mobil. Setelah itu Jake merasa pandangannya mulai mengabur dan semua menjadi gelap hingga dia tidak sadarkan diri di dalam kamar ini.

"Lo semua jaga depan, pastiin nggak ada yang tau kita di sini."

"Itu gampang, tapi lo yakin dia pacarnya Sunghoon?"

"Udah dipastiin sama Karina, lo tenang aja."

Jake berjengit takut saat mendengar sebuah suara dari balik pintu kayu itu. Apalagi ketika nama Karina disebut, dan Jake semakin merasa ketakutan ketika mendengar suara kunci yang diputar dari luar hingga tiba-tiba pintu kayu itu terbuka lebar. Jake tercengang begitu melihat cowok yang dia tau pernah menjadi lawan Sunghoon saat balapan motor dan juga pernah menjadikannya barang taruhan.

Cowok itu berdiri di ambang pintu dengan senyum miring menatap Jake. "Hai, nggak nyangka bakal ketemu lagi."

Jake beringsut mundur, menatap cowok di depannya dengan waspada dan takut. "Kenapa kamu bawa aku ke sini? Kamu mau apa?"

Hyunjin tertawa sambil melangkah mendekati Jake, yang justru semakin membuat Jake ketakutan.

"Gue? Mau apa?" kali ini Hyunjin tergelak lebih kencang, hingga Jake merasakan tubuhnya menegang. "Gue mau Sunghoon ancur, dan ngegunain lo adalah cara terbaik buat ngancurin dia! Perlu lo tau, dia pantas mendapatkan itu semua!!"

"Kamu jahat!" jerit Jake.

"Lo nggak salah ngomong?" Hyunjin berdecak, "Harusnya kata-kata itu lebih pantes lo berikan buat cowok lo, dia itu cowok brengsek, bajingan yang kesepian kayak nyokapnya!"

Jake beringsut mundur hingga punggunya menyentuh kepala ranjang saat Hyunjin mengelus rambutnya lembut.

Hyunjin menyeringai, menarik dagu Jake dengan kasar dan mendesis tepat di depan wajahnya. "Sunghoon udah nidurin adek gue, Yuna. Dan bajingan itu ngebuang dia begitu aja. Jadi, bakalan lebih asik kalo gue ngebales dengan cara yang sama..."

"N-nggak..." Jake menggeleng ketakutan, lalu menepis tangan Hyunjin yang masih memegangi dagunya. "Aku mohon lepasin aku."

"Sebelum gue dapet apa yang gue mau, lo nggak akan gue lepasin!" Hyunjin tersenyum lebar memperlihatkan ekspresi menyeramkan seperti seorang psikopat.

Tubuh Jake gemetaran dan keringat dingin mulai membasahi wajahnya. Dalam hati dia selalu menyebut nama Sunghoon dan berharap cowok itu segera menemukannya, lalu membawa dia keluar secepatnya dari tempat ini, karena sungguh Jake sangat ketakutan.

Dan ketakutan Jake semakin bertambah lagi ketika melihat Hyunjin mulai menanggalkan bajunya. Membuat cowok itu bertelanjang dada dan perlahan memajukan tubuhnya.

{SUDAH TERBIT} Started with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang