"Makanan kesukaan kamu apa?" tanya Jake setelah melewati lorong kelas menuju parkiran.
Bel pulang sekolah yang sudah berbunyi sejak tadi membuat beberapa lorong kelas terlihat sepi, karena sebagian murid sudah berhamburan keluar untuk pulang.
"Nasi goreng."
Jake sedikit menoleh untuk menjangkau pandangannya dengan Sunghoon, "Kenapa nasi goreng?"
"Hmm?" mendengar itu, Sunghoon lalu menghentikan langkahnya sambil berpikir sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Jake. "Kamu mau tau?"
Jake mengangguk dengan binar. "Iya, aku pengen tau semuanya tentang Sunghoon."
Merasa gemas dengan tingkah Jake, lantas Sunghoon mengusak pucuk kepala kekasihnya sambil terkekeh lucu.
Sunghoon bercerita seraya melanjutkan langkah mereka untuk sampai ke parkiran sekolah dengan jari tangan yang saling bertautan.
"Waktu kecil..." Sunghoon menjeda kalimatnya. "Pembantu di rumah jarang masak, mungkin bisa dibilang hampir nggak pernah masak, karena emang nggak akan ada yang makan di rumah."
"Bahkan bisa dihitung berapa kali kita sekeluarga makan satu meja. Nggak ada satupun dari mereka yang tau aku udah makan atau belum, aku laper atau nggak. Mereka sibuk sama dunia mereka masing-masing."
Mendengar itu, Jake menarik napas menahan matanya yang mulai memanas.
"Biasanya bi Ratmi yang selalu nawarin aku makan. Setiap pagi, dia suka bikinin nasi goreng buat sarapan semua pembantu di rumah. Waktu itu yang aku rasa, aku kaya hidup sama pembantu, makanpun sama mereka. Karena terbiasa makan nasi goreng sama mereka, aku jadi suka nasi goreng."
Jake menghentikan langkahnya bersamaan dengan sorot mata yang berubah sayu. Sunghoon yang menyadari jika menggenggam tangan mereka terlepas dari berhenti, lalu menoleh ke arah Jake.
"Kok berhenti?"
Jake bergeming dengan wajah menunduk. Melihat itu, membuat Sunghoon mengangkat dagu Jake untuk menatap kedua mata bulat yang mulai mengenang di depannya.
"Hei... kenapa sedih?" Sunghoon mengelus wajah Jake, "Kamu nangis?"
Bagaimana tidak. Jake terus berjalan dengan bayangan Sunghoon yang masih kecil, harus merasakan hidup sendirian dan hanya didampingi oleh pembantu. Ditambah, kedua orang tuanya yang tidak pernah ada untuk dirinya.
"Maaf, harusnya aku nggak usah tanya tadi."
"Aku nggak apa-apa kok." melihat Jake berkaca-kaca membuat Sunghoon gemas, "Kamu sedih denger cerita aku?"
Jake mengangguk kecil. "Iya, aku nggak bisa bayangin gimana kamu waktu kecil harus nanggung hidup kaya gitu."
"Jake, aku udah nggak pernah mikirin masa lalu aku, yang penting sekarang ada kamu. Aku kuat kalo liat kamu senyum." Sunghoon menyapu tetesan air mata di pipi Jake, "Aku nggak suka lihat ini."
"Maaf..."
"Nggak ada yang salah." Sunghoon kembali menautkan jari tangan mereka. "Pulang yuk, keburu ujan."
"Sunghoon..." Jake kembali menahan tangannya, lalu mendongak untuk menatap mata Sunghoon lagi. "Aku mau bikinin kamu sarapan setiap pagi. Aku juga bakalan bikinin kamu nasi goreng yang nggak kalah enak dari bi Ratmi. Sunghoon mau?"
Ada beberapa alasan mengapa dirinya merasa beruntung Jake lebih dulu mengenalnya dibanding cowok lain. Sunghoon bersumpah tidak akan melepaskan orang se'istimewa Jake untuk orang lain. Tidak akan.
"Mau!" Sunghoon menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
{SUDAH TERBIT} Started with you
Teen Fiction[Beberapa part dihapus] Sunghoon adalah salah satu gelar penguasa tertinggi, kedudukannya bahkan lebih tinggi dari seorang raja. Namun, Sunghoon Mandala adalah penguasa kegelapan di muka bumi ini. Sebut saja, berkelahi, mabuk-mabukan, dan seks bebas...