Sudah biasa bagi Sunghoon jika apartemennya riuh dengan suara gaduhan ketiga temannya. Acara Ulangan Tengah Semester telah usai, mereka memilih untuk merayakan satu hari kebebasan itu diapartemen milik Sunghoon.
"Gue mau nanya," Jay bersuara hingga pandangan mereka tertuju kearahnya.
"Nanya siapa? Gue? Sunghoon? Heeseung? Apa mang Rain satpam sekolah?" tanya Ni-ki asal ceplos.
"Gue mau nanya Sunghoon."
Mendengar namanya disebut Sunghoon menoleh, "Nanya apaan?"
"Kemarin lo kenapa ngediemin si Jake gitu? Lo pada marahan?" tanya Jay bingung.
Sunghoon menggeleng cepat. "Kagak."
Jay dengan cepat melirik ke arah Heeseung dan Ni-ki, seakan meminta penjelasan apa yang baru saja Sunghoon katakan.
"Terus? Oh atau jangan-jangan elo nggak dikasih jatah ama si Jake, ya? Jadi lo pura-pura ngambek gitu." Ni-ki menimpali, dan jangan lupa diakhiri dengan kekehan kecil.
"Terus deh Nik, otak lo kayanya kudu di restart biar pikiran lo kaga yang macem-macem." Heeseung hanya bisa menampilkan wajah pasrahnya saat omongan Ni-ki terlontar, dia sudah sangat paham bagaimana sifat ceplas-ceplos khas seorang Ni-ki.
"Lah, kan gue cuma nanya, siapa tau bener si kambing kaga dikasih jatah ama si Jake. Lo pada pan tau gimana kambing ni satu." Ni-ki melirik wajah Sunghoon sekilas, dan yang bisa dia lihat hanya tatapan nyalang yang Sunghoon berikan untuknya.
"Iya, ampun... nggak lagi deh Hoon." umpat Ni-ki pasrah.
Sunghoon kembali menatap kosong ke salah satu titik apartemennya. Pikirannya masih kacau, mengingat bagaimana dia bisa tau jika Karina adalah anak dari Ayah dan perempuan sialan itu. Sunghoon mendesah, dia benar-benar frustasi.
Jay memberikan kode pada Heeseung dan Ni-ki untuk mengamati wajah Sunghoon. Mereka melihat jika Sunghoon sedang banyak masalah atau banyak pikiran di kepalanya.
Jay mendekat lalu bertanya, "Lo kenapa? Ada masalah?"
Sunghoon diam tanpa minat membalas pertanyaan itu.
"Lo benaran nggak ada masalah ama Jake kan? Atau lo punya masalah lain?" Heeseung ikut bertanya.
Jay menepuk pundak Sunghoon pelan, seakan memberi semangat walau dia tidak tau apa masalah yang sedang sahabatnya hadapi. "Gue tau, lo emang gini. Hoon, tapi lo punya kita, lo bisa ceritain tentang masalah lo sama kita semua dan kemungkinan kita bakal bantu itu." Jay menghela,
"Nggak selamanya lo selalu sok kuat, sok hebat, masa iya kita terus yang ngeluh sama lo, kita juga pengen sekali-kali denger keluh kesah lo, Hoon." Jay mengakhiri, seolah kata-kata itu sudah lama ingin dia ucapkan pada Sunghoon.
"Bener, lo punya kita Hoon. Tempat lo minta saran, tempat lo cerita tentang semua masalah. Pasti kita bakal ada." Heeseung melirik Sunghoon yang masih terdiam sampai saat ini.
"Lo beneran nggak pengen cerita?" tanya Ni-ki.
"Hoon..."
"Karina anak bokap gue. Anak hasil perselingkuhan bokap sama perempuan lain. Masalah itu yang selalu muter dikepala gue." belum sempat Jay melanjutkan kata-katanya, omongan Sunghoon sudah lebih dulu memotong kalimat itu.
Mereka diam, seakan saat itu juga mulutnya terkunci rapat, tergembok sesaat sebelum Sunghoon melanjutkan kata-katanya lagi.
"Gue baru tau kabar itu kemarin, dan kemarin juga gue nggak jemput Jake buat nonton diapartemen gue."
"Lo... bercanda?" Jay bertanya sembari menetralkan ekspresi wajahnya.
"Gue serius. Karina anak bokap gue, dia bakal jadi adik tiri gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
{SUDAH TERBIT} Started with you
Jugendliteratur[Beberapa part dihapus] Sunghoon adalah salah satu gelar penguasa tertinggi, kedudukannya bahkan lebih tinggi dari seorang raja. Namun, Sunghoon Mandala adalah penguasa kegelapan di muka bumi ini. Sebut saja, berkelahi, mabuk-mabukan, dan seks bebas...