"Lo serius mau balik?" tanya Jay saat Sunghoon sedang merapihkan beberapa pakaiannya ke dalam tas.
"Ada angin apa nih?" sambar Ni-ki yang duduk di pinggiran kasur, "Lo lagi minta sesuatu sama bokap lo ya? Apaan? Mobil baru?"
"Gue nggak perlu itu dari uang bokap," Sunghoon menutup resleting tasnya.
"Terus apaan dong? Lo takut bakalan dicoret jadi ahli waris?" tanya Heeseung yang masih penasaran.
"Gue cuma mau balik aja." Sunghoon menyampirkan tasnya di pundak, "Sekali-kali jadi anak baik." lalu kekehan kecil terdengar dari mulutnya.
"Tai! Mana ada tampang lo jadi anak baik." Ni-ki menyeringai, "Udah diapain lo sama Jake sampe bisa nurut gitu? Dikasih apa? Hmm... hm?" lanjutnya dengan nada meledek.
Sunghoon memutar bola matanya, malas menanggapi pertanyaan tidak berbobot dari mulut Ni-ki. Lebih baik dia cepat-cepat keluar dari kamar itu.
"Lo minta bokap lo buat jadi Donatur panti asuhannya Jake?" tanya Jay tepat sasaran.
Tangan Sunghoon yang sudah berada di handle pintu kini terhenti, kemudian dia membalikan tubuhnya menatap Jay yang berdiri di belakang. Wajahnya datar, namun menyiratkan sesuatu atas kebenaran ucapan Jay barusan.
"Tolong, muka monyet lo dikondisikan!" Ni-ki terkikik geli melihat ekspresi Sunghoon saat ini.
"Jadi bener, lo pulang ke rumah demi Jake?" sambar Jay yang juga langsung tergelak.
"Hahahaha bangsat! Kayaknya ada yang kemakan omongannya sendiri nih." celetuk Heeseung mengejek.
"Jangan ngaco! Gue cuma mau bantu dia!" Sunghoon melengos lalu memutar handle pintu. "Dan ngingetin lo bertiga, gue ngelakuin ini juga karena syarat warisan dari Oma." lalu dia keluar dari kamar, cepat-cepat menghindari tatapan meledek dari ketiga temannya.
Jay, Heeseung, dan Ni-ki saling bertatapan, tak lama kemudian mereka tergelak kencang menertawakan kewarasan Sunghoon saat ini.
"Kalo ini gue berani nih, lima ratus ribu dah. Sunghoon udah jatuh cinta sama Jake!" celetuk Ni-ki.
Tiba-tiba saja Sunghoon kembali memasuki apartemen Jay, dan berjalan menuju ke arah mereka. "Lah, ngapain lo balik lagi?" tanya Jay bingung.
"Bangsat lo semua!" Sunghoon melempar tasnya ke sembarang arah, dan menghempaskan tubuhnya di sofa.
Ketiga temannya hanya terkekeh melihat itu. Mereka tau apa yang saat ini sedang mengganggu pikiran sahabatnya, apalagi kalau bukan ucapan mereka tentang perasaan Sunghoon pada Jake.
"Si monyet kepikiran pasti," ledek Ni-ki.
Jay berdecih, "Ngaku aja sih, gue nggak masalah."
Sunghoon tetap diam sampai dia mengeluarkan satu bungkus rokok dari kantong celananya, lalu menyelipkan satu batang di sela-sela jari dan memantiknya dengan api.
"Gue pengen tanya," Sunghoon menghembuskan asap rokoknya keluar. "Apa yang buat lo bertiga berpikir kalo gue suka sama Jake?"
"Noh si setan!" tunjuk Ni-ki pada Jay. Sementara yang ditunjuk hanya menyengir sambil menggaruk belakang kepalanya.
''Sebenernya gue takut dismash sama lo kalo ketauan, tapi... berhubung lo bakal bilang makasih sama gue setelah tau, makanya gue akan buka suara."
"Kelamaan lo kambing, buru cerita!" sahut Heeseung tidak sabaran.
Jay mendengkus, "Iya sabar, elah...." lalu menyengir lagi ke arah Sunghoon. "Kemaren gue buka buku gambar lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
{SUDAH TERBIT} Started with you
Teen Fiction[Beberapa part dihapus] Sunghoon adalah salah satu gelar penguasa tertinggi, kedudukannya bahkan lebih tinggi dari seorang raja. Namun, Sunghoon Mandala adalah penguasa kegelapan di muka bumi ini. Sebut saja, berkelahi, mabuk-mabukan, dan seks bebas...