"Gue yakin ini ulahnya si Hyunjin!" ujar Heeseung setelah beberapa perawat baru saja keluar.
Keadaan Sunghoon saat ini sudah tidak terlalu buruk, hanya saja kini wajah tampan cowok itu dipenuhi oleh lebam biru keungu-unguan, sudut bibirnya robek, serta lengan kanan yang terkilir penuh dengan perban.
"Udah pastilah, siapa lagi coba yang berani ngelakuin perbuatan licik kayak gitu!" timpal Ni-ki.
Sunghoon sedang berbaring di atas ranjang sambil mengunyah buah apel yang dibeli Heeseung tadi. Setelah berada selama tiga jam di dalam ruang IGD, akhirnya Sunghoon dipindahkan ke kamar rawat di rumah sakit itu.
"Ngomong-ngomong, tumben amat lo beliin gue buah?" celetuk Sunghoon masih sambil mengunyah apelnya.
"Biar kayak orang-orang." sahut Heeseung seraya mengambil anggur, "Kan kalo mau ngejenguk orang sakit harus bawa buah." lalu melahapnya dan duduk di sofa yang berada di sudut ruangan.
"Lo emang lagi ngejenguk gue? Perasaan yang bawa gue ke sini juga lo bertiga."
Heeseung masih mengunyah anggurnya berpikir sebentar. Dahinya sambil mengkerut kecil.
"Lah... iya juga, kok gue nggak kepikiran ya?" ujarnya setelah semua anggur di mulutnya berhasil tertelan.
"Otak lo kapan pernah mikir sih, Seung." Jay menoyor kepala Heeseung dan dibalas delikan kesal oleh Heeseung. Lalu pandangannya beralih lagi pada Sunghoon.
"Si Hyunjin nggak bisa kita biarin gitu aja, seenggaknya harus diberi pelajaran sedikit."
"Bener gue setuju!" sambar Ni-ki yang
terduduk di sofa, "Manusia semacam Hyunjin emang nggak boleh didiemin.""Gue udah mikirin apa yang bakalan gue lakuin buat ngebales ini semua!" Sunghoon membetulkan letak bantal di kepalanya, "Kali ini bakalan lebih parah, kalo bisa sampe dia nggak berani lagi ngusik gue!"
"Si tai itu udah kelewatan banget, nyawa taruhannya, dasar gila tuh orang!" ujar Jay yang sedang duduk di pinggir tempat tidur, satu kakinya terlipat naik dan bersandar pada ujung tempat tidur.
"Untung aja jatoh lo nggak parah-parah amat Hoon." Heeseung melahap lagi anggurnya.
"Harusnya abis ini lo tobat, kayak di sinetron hidayah." samber Ni-ki.
Sunghoon mengendus seraya mengambil jeruk disebelahnya, lalu langsung melemparkannya ke arah Ni-ki.
"Monyet, sakit!" Ni-ki meringis kesakitan sambil mengelus kepalanya, sontak ruangan itu dipenuhi oleh gelak tawa dari ketiga temannya.
Bertepatan dengan itu, pintu kamar di depan sana terbuka, membuat keempatnya itu menoleh pada satu titik. Seorang pria dengan jas hitam mahal yang melekat di tubuhnya serta wajah tegas penuh amarah sedang berdiri di ambang pintu.
Tiga di antara mereka langsung beringsut berdiri, Jay yang segera turun dari tempat tidur, Ni-ki yang melipir dari sofa, dan Heeseung yang langsung menelan anggurnya lantas berdiri tegap. Sementara itu, Sunghoon hanya memasang wajah cuek dan tidak peduli.
"Siang Om..." sapa ketiganya serentak.
Kevin Mandala berdiri dengan angkuh sambil memasukan kedua tangannya pada saku celana, tanpa membalas sapaan ketiga cowok itu. Wajahnya memancarkan aura ketegasan dan perfectionis bagi siapapun yang melihat.
"Err... kita bertiga ke depan dulu aja kali ya?" Jay yang mengetahui situasi akan memanas segera menarik tangan Heeseung dan Ni-ki seraya meninggalkan kedua orang yang terlihat sangat mirip itu di dalam ruangan berdua.
Suasana canggung yang memanas melingkupi keduanya. Sunghoon tau Ayahnya tidak mungkin ke sini jika bukan karena masalah yang dia buat. Mana mungkin pria itu memperdulikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
{SUDAH TERBIT} Started with you
Genç Kurgu[Beberapa part dihapus] Sunghoon adalah salah satu gelar penguasa tertinggi, kedudukannya bahkan lebih tinggi dari seorang raja. Namun, Sunghoon Mandala adalah penguasa kegelapan di muka bumi ini. Sebut saja, berkelahi, mabuk-mabukan, dan seks bebas...