6 - Hambatan

761 119 8
                                    

4 tahun berlalu sejak Hiromi dan Akai kembali ke Amerika. Akai (akhirnya) lulus dalam ujian FBI, dan Hiromi masih bersekolah. Meski begitu, ternyata Hiromi sudah sering ikut melihat dalam kasus bersama FBI (kepo). Yah, meski 1 tahun lalu dia sempat ke Jepang sebentar untuk kepoin sekolah karena hampir mau sekolah di sana :v tapi gajadi :v

'Masih ada 1 jam sebelum otou-san menjemput.... Lagian kenapa ya sekolah tiba-tiba pulang cepat....' - Hiromi menatap jam di ponselnya dengan rasa kesal.

'Oh iya, hari ini kan Jodie yang jemput.....'

Ketika Hiromi ingat bahwa yang menjemputnya bukanlah Akai melainkan Jodie, Hiromi langsung berjalan pergi ke toko buku di dekat sekolah. Akai menjemputnya di belakang sekolah, tapi Jodie selalu menjemputnya dari toko buku.

'Setelah dipikir-pikir aku bersyukur 1 jam lagi baru dijemput.' - alasan = lupa kalo Jodie jemputnya di toko buku.

Karena dia tenggelam dalam pikirannya, Hiromi sampai tidak sadar dia berjalan tanpa melihat ke depan, dan berakhir menabrak kaki seseorang hingga Hiromi terjatuh. Untungnya orang yang ditabraknya tidak terjatuh.

"Ah, sorry."

"It's okay. Watch where you're going, girl. You have to be careful." - balas seorang wanita dengan lembut seraya mengulurkan tangannya pada Hiromi.

"I will, thank you!" - Hiromi menerima uluran tangan wanita itu untuk berdiri. Tatapan mata mereka berdua bertemu. Hiromi dihadapkan dengan seorang wanita berambut pirang pendek dan memakai kacamata. Ketika melihat wajah satu sama lain, keduanya terbelalak. Meski sepertinya, alasan mereka berdua terkejut itu berbeda.

'... Apa....?'

"Ah, you're that actress! Shar—" - ucapan Hiromi dipotong oleh wanita itu ketika wanita itu mendekatkan telunjuk tangan kanannya ke dengan bibirnya.

"Ssssh. Now, I don't want to gain any attention." - bisik wanita itu seraya tersenyum misterius. Hiromi mengangguk dengan polosnya.

"You have such beautiful eyes and hair." - puji wanita itu seraya mengelus pipi Hiromi perlahan dengan jempolnya. Mendengar pujian itu, Hiromi terbelalak.

Matanya merah, semerah darah, dan itu membuat matanya bagaikan mata iblis. Mata berwarna merah bersinar yang sangat menyeramkan jika dia menatap tajam.

Rambut yang sangat langka, rambut berwarna putih yang selembut dan seputih salju. Penampilannya membuatnya terlihat seperti albino, namun sebenarnya bukan. Karena rambutnya yang putih dan matanya yang merah lah, membuatnya tampak seperti iblis.

"Th-thank you!! I- I really appreciate it!"

"Now, I have to go. Take care, little princess." - wanita itu berdiri tegak, kemudian berjalan pergi menjauhi Hiromi.

"Thanks."

'Aku kira aku salah lihat.....' - wanita berambut pirang itu melirik ke arah Hiromi yang berdiri diam di belakangnya seolah menunggu seseorang.

'Tapi rambut putih dan mata merah seperti itu.... Hanya wanita itu yang memilikinya.' - dia semakin menjauhi Hiromi.

R E DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang