"Mereka menunggumu sadar, kau tidak mau bangun?" - tempat biasanya Cider berada, di pikiran Hiromi, kini bertukar. Cider yang mengambil alih tubuhnya dan Hiromi yang berada di alam bawah sadar.
"Memang iya?" - tanya Hiromi cuek.
"Rasanya aku gak mau sadar selamanya."
"Kenapa begitu? Kau baru berumur 12 tahun loh. Masa kau benar-benar pergi begitu saja? Meninggalkan ayahmu? Meninggalkan Dai-kun?"
Miyano Akemi.
Wanita itu kini duduk di samping Hiromi.
"Aku bukannya ingin meninggalkannya. Tapi tekanan dimana aku hidup dan melupakan kalian....."
"Menakutiku."
Yang ada di sana bukan hanya Hiromi dan Akemi saja. Orang tua kandung Hiromi, Matsuda Jinpei, Hagiwara Kenji, Date Wataru, Morofushi Hiromitsu. Mereka semua juga ada di sana.
"Aku lupa dengan suara kalian, wajah kalian, segalanya. Aku melupakan hal-hal penting."
"Aku tidak menyalahkan Cider, tapi aku benar-benar tidak sanggup jika harus hidup dengan melupakan orang-orang yang penting bagiku. Aku bahkan tidak bisa mengingat wajah kalian. Aku tidak mau pergi dan melupakan kalian lagi."
"Tapi, kau berhasil melewatinya hingga sekarang kan? Apa kau benar-benar ingin menyerah setelah semua usahamu itu?" - Akemi tersenyum seraya menatap Hiromi.
"Nggak...."
"Tapi aku benar-benar ragu untuk kembali. Aku tau.... Pembaca pasti sudah muak karena kerjaanku selalu mengeluh padahal Cider dituliskan sebagai karakter yang sangat overpower! Potensiku benar-benar sia-sia rasanya."
'... Ha? Pembaca?' - Akemi bertanya-tanya dalam hatinya.
"Hiro. Aku mengerti kalau kau selalu mengeluh. Tidak, mereka semua pun juga pasti mengerti. Kau baru 12 tahun. Kau masih berada di masa remaja. Jangan sampai lupa usiamu yang sebenarnya." - Akemi mengelus puncak kepala Hiromi.
"Coba kau ingat-ingat. Pernahkah satupun orang di sekelilingmu memarahimu untuk bersikap lebih dewasa?"
"Gak...."
"Kau tidak perlu menekan dirimu untuk bersikap dewasa. Kau belum dewasa, kau tidak perlu tumbuh terlalu cepat." - Morofushi terkekeh seraya ikut berbicara.
"Tidak apa-apa jika kau bersikap kekanak-kanakan, karena kau sendiri memang masih anak-anak. Hiro, kau juga harus memiliki kebahagiaanmu sendiri." - Akemi tersenyum tulus, dan senyumannya benar-benar menenangkan Hiromi.
"Kau tidak mungkin akan pergi kan?" - tanya Hagiwara.
"Tidak...."
"Kalau begitu, kembalilah." - ibu kandung Hiromi mulai berbicara juga.
"Belum waktunya kau di sini."
'Iya?' - Hiromi melihat apa yang terjadi.
Conan, Haibara, Jodie, Akai, James, Camel, Amuro, semua menunggunya untuk sadar.
Kenapa ya dia berpikir kalau dia sendiri?
Padahal ada begitu banyak orang yang bersamanya.
Kini mereka semua menunggunya untuk sadar.
"Aku mengerti." - gumam Hiromi. Dia menatap mereka semua untuk terakhir kalinya, melihat semua tersenyum ke arahnya.
"Jangan menungguku, karena aku akan terlalu lama jika kalian tunggu!"
.
.
.
"Kau sudah sadar, Hiromi-san?!" - dan hal pertama yang dilihat Hiromi setelah dia sadar adalah Hiraku.
KAMU SEDANG MEMBACA
R E D
Fiksi PenggemarRed, artinya merah. Namanya mengartikan merah, warna yang sama dengan matanya. Warna yang merupakan keunikan dirinya. 2 orang yang berbeda, seorang gadis dan seorang wanita, namun keduanya berhubungan.