"Hiro-san, kau benar-benar sudah sembuh?!" - tanya Conan. Kini dia bahkan sampai datang ke apartemen Hiromi dengan skateboard miliknya.
"Eh.... Iya. Kenapa terburu-buru? Tunggu apa semua baik-baik saja?" - Hiromi mengerutkan dahinya bingung.
"Aku butuh bantuan." - Conan memberi gestur pada Hiromi untuk membisikkan sesuatu, sehingga Hiromi berlutut dan mendengarkan apa yang dibisikkan Conan.
"Kau sudah tau soal itu kan?" - Hiromi membelalakkan matanya karena pernyataan Conan. Dia mengangguk dan Conan lanjut menjelaskan.
"Pokoknya, itu yang akan kau lakukan. Tapi jangan muncul sebelum waktunya." - ujar Conan.
"Oke. Aku akan mengikutimu. Tapi, tantei, ada hal yang mau kupastikan." - balas Hiromi.
"Eh?"
.
.
.
Sesuai rencana dari Conan, Hiromi menuju puncak Raiha duluan. Namun dia naik taxi, dan saat sudah sampai dia jalan kaki sendiri bersembunyi di tempat, di mana tidak bisa dijangkau mobil.
'Tapi aku tidak menyangka..... Tantei memprediksi semuanya sejauh ini....' - pikir Hiromi kagum. Sesuai perkiraan, di dalam mobil Jodie dan Camel yang dikejar ternyata sang silver bullet, Akai Shuichi sudah berada di dalam sejak awal, dia menembak salah satu mobil yang mengejar mereka. Ya. Mobil PSB. Hiromi menghampiri secara diam-diam.
"Sayangnya, dengan situasi ini mustahil bagi kita untuk mengejar mereka." - ucap salah satu pria yang menelpon atasannya. Mobil Akai yang dikendarai Camel berhenti di samping mereka.
"Apa kalian baik-baik saja?" - tanya Akai.
"A-akai...."
"Jangan berprasangka buruk tentangku.... Kalian yang memulainya duluan. Jika aku tak melakukan itu, seseorang pasti sudah mati. Yah, meski ada dia yang bisa mengatasi jika di luar kendali." - balas Akai.
'Dia?'
"Tidak.... Semua dalam kendali." - ucap Hiromi yang tiba-tiba muncul di belakang orang-orang yang mengejar Jodie barusan, membuat mereka terlonjak kaget.
"Hiro?" - gumam Jodie. Hiromi masuk ke mobil dan duduk di samping kiri Akai. Terlihat ekspresi kesal Hiromi karena dia hanya dianggap sebagai jaminan di sini :v
"Ini saranku. Bagaimana kalau kita melakukan pertukaran? Ponsel yang kau pegang itu dengan pistol yang baru saja kupakai ini." - tawar Akai menyodorkan pistol di tangan kirinya.
"Oi, apa yang terjadi? Ada apa? Jawab aku!" - pintah sebuah suara pria dari seberang sana.
"Sudah lumayan lama juga ya. Bourbon. Atau mungkin Amuro Tooru-kun ya?" - ucap Akai. Orang-orang itu mengarahkan pistol mereka pada FBI.
'Akai.... Shuichi....!!'
"Sebagai permintaan maaf karena merusak mobil teman-temanmu, aku telah memberi mereka hadiah sederhana. Glock 17 yang digunakan Kusuda Rikumichi untuk menembak dirinya sendiri. Jika kau dapat melacak jejak pembeliannya, kau mungkin dapat menemukan sesuatu. Ini Jepang... Hal seperti itu lebih merupakan tugasmu daripada FBI, kan?" - tanya Akai.
"Kau, jangan bilang kau sudah tau identitasku?"
"Aku telah mencurigaimu sejak kita masih di organisasi, tapi kau membuat kesalahan besar ketika kau tidak sengaja mengatakan nama panggilanmu adalah Zero pada anak itu. Tak banyak nama yang terhubung dengan nama panggilan Zero. Mudah sekali mencari tahu, Furuya Rei-kun." - jawab Akai, yang membuat Furuya terbelalak kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
R E D
FanfictionRed, artinya merah. Namanya mengartikan merah, warna yang sama dengan matanya. Warna yang merupakan keunikan dirinya. 2 orang yang berbeda, seorang gadis dan seorang wanita, namun keduanya berhubungan.