"Bagaimana, Amuro-san?" - tanya Conan saat Amuro sedang mengurus bom di kotak tadi.
"Sedikit lagi..." - jawab Amuro, dan akhirnya bomnya berhasil diurus. Di tangannya terlihat dia memegang adanya alat untuk mengurus bom tersebut.
"Setelah ini tidak apa-apa." - lanjutnya, dan Conan menghembuskan napas lega.
"Jadi itu hanya jebakan."
"Ya, tidak ada yang perlu dicari lagi." - balas Amuro. Di saat itu Akai meloncat turun dari atas.
"Akai-san, Hiro-san, bagaimana bomnya?" - tanya Conan.
"Sudah kuduga sangat kuat, juga ditempatkan di lokasi yang strategis. Mereka mengeluarkan cahaya warna jingga ketika meledak. Kira-kira seperti itu." - jawab Akai.
"Dan beberapa diletakkan di tempat yang tersembunyi, yang sulit untuk digapai." - sambung Hiromi entah muncul dari mana.
"Aku sudah menyuruhmu jangan pergi, kenapa kau datang? Tempat ini berbahaya." - tanya Akai ketika Hiromi mendekatinya.
"Aku khawatir tau! Tiba-tiba nyuruh jangan pergi gak ada kejelasan, ya aku nyusul lah."
"Pulang."
"Gamau."
"Hiro."
"Aku gak bakal jadi beban! Beneran!"
"Bukan itu. Di sini berbahaya dan aku gak bisa mengawasimu setiap saat—"
"Aku gak bisa pulang! Udah sampe sini juga!"
"Kuantar kau pulang."
"Terlanjur."
"Hiro aku tidak melatihmu untuk ini—"
"Justru supaya berguna."
"Ini bukan permainan. Nyawamu dipertaruhkan dan jangan anggap itu sebagai hal menyenangkan."
"Aku tau."
'Oi oi.....' - Conan ingin melerai debat tidak jelas itu, tapi dia sendiri takut kena hajar.
"Yasudah, tapi jangan main-main dan jangan lengah!" - akhirnya Hiromi menang debat.
"Begitu jadinya, begitulah cara kerja mereka." - Amuro tidak peduli sama sekali soal debat itu dan memilih membuka kotak daruratnya dan menyingkirkan kain putih yang menghalangi ke kedua sisi, kanan dan kiri.
"Ini dia!" - dan dia menemukan sebuah detonator yang diletakkan di bawah. Hiromi melirik ke arahnya. Akai menurunkan tasnya dan mengeluarkan sniper miliknya.
"Jadi, ada masalah?" - tanya Conan.
"Tidak ada masalah, aku tau cara mengurusnya. Jangan khawatir, aku paham sistemnya." - jawab Amuro seraya menarik kain yang menghalangi.
"Heeh, kau tau cara menjinakkan bom, Amuro-san?" - tanya Conan kagum.
"Aku belajar banyak ketika di sekolah polisi. Aku tahu cara menjinakkan bom dari salah satu orang terbaik di sana. Tapi meskipun begitu, dia menyerah di bawah ledakkan bom yang bisa dia cegah." - jawab sekaligus jelas Amuro. Di saat itu Akai sibuk mengurus snipernya.
"Kematian karena ledakkan....?" - tanya Conan dengan bergumam. Tidak ada yang menyadari, bahwa Hiromi membelalakkan matanya lebar.
'... Apa? Matsuda-ojisan— hah?' - dia tidak mau mempercayainya. Tapi, Amuro tidak mungkin bohong soal itu.
'Dia.... Mati? Karena ledakan? Dia? Matsuda Jinpei?!'
"Tak perlu cemas. Aku menguasainya dengan sempurna. Kau akan melihatnya dengan baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
R E D
FanfictionRed, artinya merah. Namanya mengartikan merah, warna yang sama dengan matanya. Warna yang merupakan keunikan dirinya. 2 orang yang berbeda, seorang gadis dan seorang wanita, namun keduanya berhubungan.