50 - Konsekuensi

331 56 3
                                    

"Woi Cider!! Mana kau?!" - setelah Hiromi tidur, tentunya yang dia pertama lakukan di mimpinya adalah mencari Cider.

Dia menemui Cider hampir setiap dia tidur—

"Aku di sini. Apa lagi?" - tanya Cider muncul di belakang Hiromi.

"Oh, nggak. Cuma mau ketemu aja. Biar gak kesepian."

"Anak sial— 💢💢"

"Oiya, sudah lama kita tidak ketemu, bahkan semenjak kasus FBI dibunuh saja kau belum menemuiku. Padahal ada yang mau kuberitahu."

"Ya??"

"Saat kejadian FBI itu— kau ditembak kan? Tepat di dada dan mengenai jantung?" - Cider membentuk tangannya menjadi bentuk pistol dan mengarahkannya pada Hiromi.

"Iya .... Kenapa?"

"Sekarang gimana?"

"Udah gak berasa apa-apa sih. Udah pulih juga kan harusnya? Jadi gak masalah. Pas awal-awal aja masih agak berasa sesak."

"Itu masalahmu. Hiro, kau memang AI karena ada aku, dan tembakan itu tidak akan ada apa-apanya. Tapi ingat..... Sebelum aku memindahkan memoriku itu kau masih manusia. Jadi....."

"Kau bukan sepenuhnya AI, kau hanya setengah AI dan masih setengah manusia." - setelah kalimat Cider barusan, Hiromi membelalakkan matanya lebar, menyadari apa yang dimaksud Cider.

"Kau mengerti kan? Saat ini jantungmu masih berlubang dan bisa berbahaya untukmu, apalagi kalau kau terluka lagi. Kita berbeda. Kau memang tidak merasakannya, tapi aku bisa melihatnya."

"Mulai sekarang, kau harus berhati-hati. Luka di organ vital bisa berbahaya bagimu. Tidak akan masalah kalau kau tertembak di tangan atau kaki—"

"Oh maksudmu kau mau aku ketembak?"

"Y."

"Dan sepertinya karena ada 3 orang di tubuhku aku mulai gila, ya efek samping gitu. Tadi saja tiba-tiba sifat psikopatmu nongol di aku. Untung ada ayahku." - Hiromi tertawa hambar.

"Atau jangan-jangan itu kau yang memgambil alih? Karena aku tidak ingat."

"Bukan. Bukan aku. Mungkin benar kau emang gila."

Hiromi langsung menendang Cider, dan tendangan itu dengan mudah dihindari oleh Cider.

"Aku bisa merasukimu kalau aku mau, tapi itu bisa berbahaya bagi kita berdua. Aku akan melakukannya kalau sudah situasi darurat. Tapi jika tidak, aku tidak perlu melakukannya." - Cider tertawa sinis, namun tawanya begitu menyebalkan hingga Hiromi memukulnya lagi.

Tentu saja ditangkis dengan mudah—

"Semenjak ketahuan kalau kau berhubungan denganku, banyak orang mengawasimu, kau tau? Bukan hanya musuh, bahkan juga ayahmu dan si bocah detektif itu. Jangan lupakan agen PSB itu juga. Yah, tapi tiga orang itu mengawasimu dengan maksud baik. Terutama ayahmu."

'Bocah detektif? Conan maksudnya?'

"Huh....?"

"Terkadang saat kau sendirian, ayahmu itu akan memantaumu untuk memastikan kau tidak berbuat aneh-aneh. Bahkan ayahmu juga sampai meminta pada bocah detektif itu untuk menjagamu juga. Yah cuma sayang aja agen pirang itu gak tau soal kamu— makannya dia khawatir ke kamu."

"Ayahku itu Akai Shuichi, bocah detektif itu Edogawa Conan atau Kudo Shinichi, agen pirang itu Jodie Starling, dan agen PSB itu Furuya Rei atau Bourbon atau Amuro Tooru! Kau kan tau nama mereka kenapa gak sebut nama aja dah?! Kau kan lebih tua dari mereka juga—"

"Males."

"Cider, korban yang sebenarnya kau bunuh itu kau pilih itu atau secara random atau gimana?"

R E DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang