DOR
Sebuah peluru ditembakkan dan meluncur tepat ke kepala Cider. Cider menghalangi keningnya dengan pistol milik polisi gadungan sebelumnya yang dibawa olehnya, sehingga pelurunya memantul ke atas.
"Akhirnya muncul juga." - Cider memasang ekspresi geram saat mendengar suara seorang pria.
"Aku sudah memperhatikan dirimu sejak lama. Wanita yang sangat kuat, pintar, gesit, dan keren. Tapi sepertinya akhirnya aku bisa mengalahkan kepintaranmu dengan kemunculanmu disini." - pria itu menodongkan pistolnya ke arah Cider.
"Ngomong kayak udah menang. Sesombong itu kah? Kurasa kita pernah bertemu sampai kau memancingku." - tanya Cider. Pria di hadapannya itu memakai topeng, sehingga wajahnya tidak terlihat.
"Sebut saja aku X. Akan lebih baik kau memperkenalkan diri—"
DOR
"... Aku belum selesai bicara."
Kini Cider yang menembak kepala pria itu, atau yang disebut X. X menangkis pelurunya dengan pistolnya dengan gaya yang sama dengan Cider. Cider menggendong Hiraku lagi dan berlari pergi.
"Pertama, cari ibumu lalu bawa kabur dan panggil polisi. Baru biarkan pria aneh yang mengaku sebagai X itu ditangkap." - pintah Cider.
"Kalau begitu, kita coba ke arah kiri! Kita belum mendatangi di sana!" - pintah Hiraku. Cider menurutinya dan pindah ke kiri.
"Dia masih mengejar, onee-chan—!!"
"Aku tau." - Cider pun juga bisa mendengar X masih mengejarnya. Bahkan semakin cepat.
Cider memukul salah satu pohon hingga patah dan langsung menghalangi X dengan batang pohon itu. Tidak berhenti berlari, dia lanjut ke arah yang ditunjukkan Hiraku.
'BUSET, APAAN ITU—!' - Hiraku sampai kejang-kejang melihat Cider mematahkan sebuah batang pohon.
Dia jadi mempertanyakan kegunaan kapak dan gergaji.
Setelah cukup jauh, tidak ada apa-apa. Benar-benar hutan yang hanya berisi pohon. Tidak ada gubuk, tidak ada tanda perkemahan, atau bahkan bangunan kecil saja.
"I-ibuku tidak ada di sini. Jangan-jangan....." - Hiraku mulai bergetar. Cider memeluknya semakin erat, ekspresi tegas ada di wajahnya.
"Ibumu masih hidup. Pegang kata-kataku. Dia. Masih. Hidup."
'X masih cukup jauh. Dia kehilangan arah. Untung aku meredam suara kakiku untuk lari.' - Cider mencoba mendengarkan suara tapak kaki yang bisa terdengar karena rumput kering di tanah.
"Onee-chan!" - Cider menoleh ke arah Hiraku saat Hiraku memanggilnya.
"Ada rumah sakit disana!" - Hiraku menunjuk ke sebuah bangunan tua yang tidak terurus. Karena ada lambang medis di gedung itu dia bisa tau bahwa itu adalah rumah sakit.
"Uh..... K-kau akan masuk?" - sayangnya Hiraku merasa takut :v
"Tentu saja. Bisa saja ibumu ada disana. Dan kau harus ikut denganku masuk. Aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian di luar, itu berbahaya." - Cider menggandeng tangan Hiraku dan membawanya masuk.
"Uh— ternyata yang asli jauh lebih menyeramkan."
"Maksud?"
"Aku pernah menonton film tentang rumah sakit berhantu atau semacamnya, tapi itu tidak tampak menyeramkan. Tapi setelah merasakannya langsung sangat menyeramkan."
'Itu karena yang berkeliaran disini bukanlah hantu tapi pembunuh. Kau tau Hira.....' - Cider menarik Hiraku mendekat padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
R E D
Fiksi PenggemarRed, artinya merah. Namanya mengartikan merah, warna yang sama dengan matanya. Warna yang merupakan keunikan dirinya. 2 orang yang berbeda, seorang gadis dan seorang wanita, namun keduanya berhubungan.