"I'm begging please, just stick around
I'm sorry, don't leave me, I want you here with me."Dylan Matthew & SLANDER — Love is Gone
Cider's PoV
"Cider." - aku mendengar Vermouth memanggilku entah untuk ke berapa kalinya.
"Iya."
"Kau melamun terus hari ini, apa kau bahkan mendengarkan apa yang kujelaskan? Aku tidak mau mengulangi ucapanku yang berisi 5 lembar kertas ini." - tanya Vermouth jengkel.
"Intinya adalah bos marah padaku karena ada satu targetku yang masih bertahan kan?"
Aku tau aku sering melamun, tapi apapun yang dikatakan oleh lawan bicaraku selalu kudengar dan kuperhatikan.
"Dan kau membuatnya semakin marah karena kau tidak datang saat dipanggilnya." - jawab Vermouth.
Aku tidak takut dengan bos, alias Karasuma Renya. Sama sekali tidak. Karena aku tau, jika aku dibunuh, yang akan rugi adalah organisasi. Keberadaanku itu sangat dibutuhkan.
Pekerjaanku yang dikatakan tidak pernah gagal bukan karena aku memang tidak membuat kesalahan sama sekali, melainkan karena bos sendiri tidak mau membunuhku meski aku membuat kesalahan.
"Kau mau hidup?" - aku bertanya pada lelaki di hadapanku. Lelaki berambut perak panjang, dengan darah merah segarnya membasahi tubuhnya.
Seperti pisauku yang dilumuri darahnya.
Yang kini disebut dengan Gin.
"Aku harap ini tidak akan ditindaklanjutkan. Tapi kalau sampai kau melaporkanku lagi, aku pastikan kau tidak bisa melihat cahaya lagi." - ancamku.
Aku tidak menyangka bahwa Gin akan melihat apa yang aku lakukan. Dia melihatku secara langsung bahwa aku membiarkan targetku bebas. Itulah kenapa Vermouth bisa tau, bahkan bos juga.
Tapi di hari yang lain, justru Gin yang ketahuan hampir gagal. Dia membiarkan 3 target yang terluka kabur, dan aku yang membunuh mereka. Situasi antara Gin dan bos benar-benar intens. Aku hanya memperhatikan kejadian ini.
"Semua targetnya berhasil dibunuh. Gin tidak melakukan kesalahan." - akhirnya aku mulai bicara.
"Aku tebak itu kau yang membunuhnya." - balas Karasuma tegas.
"Tidak. Aku hanya membereskan tempat yang berantakan itu. Tapi aku tidak membunuh siapapun hari ini."
Kalau saja Gin mengaku, dia harus dibunuh saat ini juga karena gagal. Berbeda denganku yang selalu lolos meski tau pekerjaanku hampir semuanya gagal.
Karena aku adalah 'AI sempurna' mereka.
"Kenapa kau menolongku?" - pertanyaan Gin tidak kutanggapi dengan benar. Aku sendiri tidak tau kenapa aku menolongnya.
"Tidak ada."
Aku benar-benar tidak ada alasan spesifik untuk menolongnya.
Aku tidak bisa mengerti jalan pikirnya.
Dia mulai mengikutiku terus-menerus sejak hari itu.
Aku hanya diam membiarkan dia. Aku tidak terganggu dengan itu, dan aku mulai menganggapnya dekat denganku.
"Bos selalu memujimu di depanku. Aku tidak heran dengan alasannya." - ucap Gin tiba-tiba. Aku yang sedang mengemudi mobilku meliriknya sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
R E D
FanfictionRed, artinya merah. Namanya mengartikan merah, warna yang sama dengan matanya. Warna yang merupakan keunikan dirinya. 2 orang yang berbeda, seorang gadis dan seorang wanita, namun keduanya berhubungan.