14 - FBI vs OH pt. 2

661 102 1
                                    

"Duh, lagi-lagi nurse call Negishi-san di jam segini. Apa salah, ya?" - keluh seorang suster dan berjalan pergi.

Sedangkan Kusuda Rikumichi, sang mata-mata organisasi, langsung muncul entah dari mana dan mengambil foto daftar nama-nama pasien yang tercatat di papan.

'Mizunashi ... Mizunashi ... Di rumah sakit ini juga tak ada.' - batin Kusuda.

"Hei kau, sedang apa disini?!" - tanya seorang suster dengan ekspresi galak.

"Eh, tidak. Aku nyasar. Kukira disini ada peta."

"Oh, toilet ada di bawah tangga sebelah sana." - jawab susternya.

"Maaf ya." - ucap Kusuda sambil menggaruk rambutnya dan tersenyum canggung.

Duk

"Ah!" - Kusuda kaget karena tangannya tertabrak meja sehingga kameranya jatuh.

"Cepat ke toilet dan kembali ke ruangan anda." - pintah suster itu sambil mengambil kameranya dan memberikannya pada Kusuda.

"Arigatou." - jawab Kusuda sambil tersenyum dan menerima kamera tersebut. Suster tersebut menatapi Kusuda dengan death glare. Dan nampaknya Kusuda menyadari hal tersebut.

"Hmm ... Suster, apa tak aneh? Melihatku membawa kamera itu, kau pasti membayangkan aku memfoto sesuatu di nurse station kan? Tapi kenapa aku didiamkan saja? Siapa kau?" - tanya Kusuda sambil melirik susternya dengan death glare juga.

"FBI!" - jawab Jodie tegas entah muncul dari mana sambil menodongkan pistolnya kearah Kusuda.

"Silangkan kedua tanganmu di belakang kepala agar tanganmu terlihat. Berlututlah!"

"Ooh, ternyata FBI. Berarti Mizunashi Rena benar ada disini ya?" - tanya Kusuda sambil mengangkat kedua tangannya keatas.

"Benar, awalnya kami ingin membiarkanmu dulu sampai mendapatkan bukti pasti. Tapi sepertinya tak perlu. Cepat berlutut! Sebelum para pasien bangun." - pintah Jodie.

"Kalau begitu biar kubangunkan ... Dengan meledakkan C-4 ini!" - ujar Kusuda dan memperlihatkan bom diikat di lehernya yang tadi ditutup perban.

"Bo-bom plastik?!" - tanya James kaget yang mengawasi dari tempat tersembunyi bersama agen lainnya.

'Dia gila ...?' - pikir Hiromi yang juga bersembunyi bersama James dan Akai.

"Jangan bergerak kalau tak mau lantai ini kuledakkan." - pintah Kusuda dan langsung berlari pergi.

"Dia mungkin kembali ke kamarnya, menghapus jejak, dan kabur dari jendela itu! Cegat di luar dan jangan sampai lolos!" - pintah Jodie.

"Ha'i!" - agen yang bersama Jodie dan suster yang merupakan agen FBI yang menyamar itu berlari pergi.

Sedangkan Akai dan Hiromi, mereka mengarah ke tempat parkir, dan masuk ke mobil Akai dengan Hiromi duduk di kursi penumpang.

"Sudah kuduga. Dia sudah menghapus jejaknya sejak awal, lebih tepatnya sama sekali tidak meninggalkan jejak. Jadi dia bisa kabur lebih cepat tanpa harus tergesa-gesa kalau terjadi sesuatu." - ucap Hiromi dengan wajah kesal.

"Dia tau kalau Jodie tidak akan menembak. Itu hanya ancaman. Dia tidak memakai peredam. Kalau menembak justru malah membuat para pasien bangun. Dia memakai peredam pun juga sama saja. Dia akan disalahkan kalau tembakan meleset." - lanjutnya. Mobil pun melaju. Di saat itu, Akai juga menelpon James.

"Akai-kun, Hiromi-kun, tolong ya. Dia harus diamankan sebelum menghubungi organisasi." - pintah James lewat telpon.

"Oke. Tapi dia tidak akan bisa dihentikkan kalau sekarang membawa ponsel." - jawab Akai.

R E DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang