Hiromi tidak bisa tidur. Karena itu Hiromi memilih keluar dari kamarnya meski sudah tengah malam, tapi dia melihat bahwa di bawah ruang makan lampu tidak dimatikan.
'Loh—' - Hiromi langsung menuju ruang makan, dan melihat Okiya Subaru di sana. Ayahnya dalam penyamaran.
"Kukira kau sudah tidur. Atau, kau sudah bangun?" - tanya Subaru dengan senyuman khas dirinya.
"Hentikan itu. Itu menyeramkan."
"Jadi, sudah mau bicara? Kalau kau tidak mau, aku tidak akan memaksa." - tanya Subaru seraya menarik kursi di sampingnya, memberi kode agar Hiromi duduk di sana.
"... Mungkin. Apa otou-san tau soal kasus pembunuhan yang berlangsung sangat lama dan berakhir 10 tahun lalu?" - Hiromi memulai pembicaraan dengan soal kasus gila itu. Hanya itu satu-satunya yang ada di kepalanya, agar bisa memulai pembicaraan dengan benar. Subaru berhenti bergerak ketika sedang memberikan segelas air pada Hiromi.
"... Aku tau. Ayahku sempat menjadi salah satu agen yang mengurus kasus itu sekitar 20 tahun lalu atau lebih, tapi lembaga tempatnya bekerja menyerah atas penyelidikan karena tidak menemukan apapun selama bertahun-tahun. Kasus paling mengerikan yang bahkan masuk dalam sejarah, bukan?"
Mengingat sejarah, benar juga. Baik selama sekolah ataupun pelatihan FBI, Hiromi mendapat pelajaran sejarah itu. Karena benar-benar pelakunya tidak pernah ketahuan, meski sudah tidak terjadi lagi.
"Lalu.... Menurut otou-san, bagaimana kalau pelakunya ketemu?" - Hiromi sudah menduga Subaru pasti tau kasus itu. Ya— siapa yang tidak tau sih kalo udah ngalamin masanya? Dia yakin Conan, Ai, bahkan Ran dan lainnya tau soal itu.
"Pelakunya sudah tidak muncul lagi kan? Karena sudah tewas atau hilang, tidak diketahui. Jadi aku tidak bisa menjawab."
"Kecuali kau menjelaskan yang sebenarnya."
Sangat bisa diduga. Jadi Hiromi merasa tidak ragu lagi untuk bicara, karena Subaru sudah tau. Itu karena Akai memilih diam karena memikirkan perasaan Hiromi dan menunggu waktu yang tepat, dia tidak mau memaksanya dan malah membuatnya stress.
"Cider yang diketahui 'seharusnya tidak pernah hidup' itu, pelaku pembunuhan itu."
Maka tidak ada pilihan selain Hiromi menjelaskan semuanya. Soal dia yang punya hubungan dengan Cider, seperti apa Cider itu, bahkan hubungannya dengan organisasi.
Sekarang dia mengerti kenapa kesan terhadap Cider adalah 'orang yang seharusnya tidak pernah hidup'. Karena dia bahkan tidak bisa disebut manusia atau makhluk hidup.
"Aku...... Mau memakai kelemahan itu. Kurasa bos organisasi juga.... Tidak mau membunuh'ku'." - ucap Hiromi seraya tersenyum kecil. Mungkin dia akan dimarahi, oke itu urusan nanti.
"Terima kasih."
"Eh?"'Gak marah?'
"Biasanya masalah terjadi itu karena kurangnya komunikasi, bukan? Aku mau kau bicara agar 'masalah' itu tidak terjadi. Aku bisa akui caraku kejam karena awal aku membawamu karena mau mengawasimu sekaligus melihat kau itu siapa, tapi sekarang karena itu sudah tercapai, bukan berarti aku akan mencampakkanmu. Aku masih mau menjagamu layaknya anakku. Lagipula, kau masih bekerja di FBI kan? Sama sekali bukan beban untukku." - Subaru tersenyum hambar, namun suaranya terdengar yakin bagi Hiromi.
"Hah jadi aku dianggap anak gila nih dari kecil? Aku aja inget kok pernah mati makannya tujuanku jadi FBI itu buat nyari tau soal kematianku." - Hiromi tersenyum santai dengan wajah ngeledek yang menyebalkan.
"Aku hanya melihatmu sebagai anak yang terlalu dewasa. Malah rasanya menyeramkan kalau melihatmu. Mana ada anak sepertimu." - Subaru merespon dengan nada yang sama menyebalkannya seperti Hiromi.
KAMU SEDANG MEMBACA
R E D
FanfictionRed, artinya merah. Namanya mengartikan merah, warna yang sama dengan matanya. Warna yang merupakan keunikan dirinya. 2 orang yang berbeda, seorang gadis dan seorang wanita, namun keduanya berhubungan.