44 - Misteri

476 80 7
                                    

"..." - Hiromi memejamkan matanya. Dia mulai sadar, sedikit ingatan Cider muncul di kepalanya.

'... Cider bodoh.' - kini Hiromi akui, dia benar-benar membenci Cider. Oke tidak sepenuhnya.

Cider memang patut dikasihani, tapi kejahatan yang dilakukannya tidak bisa diampuni. Apalagi dengan kenyataan bahwa hilangnya Tsutomu dia terlibat.

Dan sekarang, Hiromi yang harus menanggung rasa bersalah itu karena Cider.

Bagaimana reaksi ayahnya kalau tau bahwa Cider terlibat juga soal hilangnya Tsutomu?

'Aku harus bilang apa ke dia....'

.

.

.

Malam sudah tiba, sehingga Subaru, yang nyatanya merupakan Yusaku yang menyamar, mematikan lampu rumah.

Namun pintu masuk dibuka dengan kunci cadangan oleh seseorang. Orang itu masuk dan berjongkok untuk meredam suara langkah, kemudian menutup pintu secara perlahan. Namun saat sebuah suara muncul di belakangnya, dia mengarahkan pistolnya ke arah orang di belakangnya yang juga mengarahkan pistolnya. Pistol yang sama-sama mengarah kepala.

"Kau lengah, Akai Shuichi." - ucap orang yang menyusup.

"Kata-kata itu seharusnya untukmu, Bourbon." - balas Akai. Tanpa penyamaran.

"Konyol sekali. Saat identitasmu sebagai Okiya Subaru kubongkar, kau sudah kalah." - ucap Amuro.

"Bagaimana kalau aku sudah tahu kalau kau akan ke sini hari ini? Soal kunci rumah cadangan, dan perintah untuk menyelidiki Kudo Shinichi?" - tanya Akai.

"Untuk membungkammu, sepertinya aku harus menarik pelatuk ini." - ucap Amuro.

Keduanya mulai menarik pelatuk secara perlahan, dan tepat sebelum posisi di mana peluru akan meluncur keluar, lampu dinyalakan. Amuro tercekat kaget, dan melihat ke arah kirinya, di mana seorang pria, seorang wanita, dan seorang gadis muncul.

"Ka-kalian......."

"Doumo. Aku pemilik rumah ini, Kudo Yusaku." - Yusaku memperkenalkan dirinya.

"Yukiko desu." - sambung Yukiko dengan nada dan senyuman ceria. Amuro masih dalam keadaan bingung, menatap ke arah Akai yang hanya mengangguk.

"Tidak seperti sebelumnya, kau tidak bawa siapa-siapa." - ucap Yusaku, membuat Amuro merasa curiga.

"Mau minum teh buatan istriku?" - tanya Yusaku.

"Mau pakai lemon atau susu?" - tanya Yukiko tersenyum.

Dan itu membuat Amuro semakin bingung.

"Hiromi..... Apa maksud semua ini....? Kenapa kau ada di sini?"

"Aku kan tinggal dengan ayahku." - Hiromi tersenyum kekanak-kanakan.

"Karena kau di sini, kebetulan...."

.

.

.

"Hm...." - sang detektif Mouri Kogoro menebak untuk mengambil kartu yang mana dari tangan Conan.

"Yang ini!" - dan Kogoro mengambil kartu yang benar. Conan mengakui keahlian Kogoro dalam bermain kartu :v mereka main kartu di kereta saat ini.

"Mouri-sensei memang hebat! Kau benar-benar memiliki mata seorang detektif.... Yang bisa menembus hati seseorang." - ucap Amuro.

"Kartu yang bagus..... Seperti ini bukan?" - tanya Hiromi mengambil sebuah kartu seraya menyeringai.

"Aku jadi mau punya kemampuan melihat mana yang bagus dan buruk." - dia tersenyum lebar.

R E DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang