WARNING! Kata-kata kasar
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Lagi-lagi, Hiromi mendapati dirinya di tempat gelap yang sama dengan saat dia bertemu dengan wanita berambut putih itu. Bedanya, tempat ini tidak lagi gelap sepenuhnya. Seolah ada bintang-bintang di sekitarnya.
"Akhirnya ingat ya?" - tanya wanita itu dengan lembut seraya mendekati Hiromi. Hiromi menatapi wanita itu.
Atau bisa dibilang, Cider.
"Kerja yang bagus. Aku sangat—"
"HALAaAAaaAAh! Mau bilang bangga?!" - Hiromi memotong ucapan Cider, dengan wajah sangat, sangat amat menyebalkan, sampai Cider kaget sendiri.
"Heh denger ya wanita tiang sinting! Kau membuat orang tuaku tewas di kecelakaan karena kaget melihat penampilanku berubah setelah kau rasukin, lalu memanfaatkan ayah- Akai Shuichi untuk tujuanmu yang antara egois atau tidak, seenaknya memakai tubuh anak tidak tau apa-apa, malah ngeghosting aku dengan embel-embel aku harus ingat sendiri, terus kau muncul tanpa rasa berdosa dengan senyuman lembut supaya kayak ibu-ibu dengan bilang 'kerja bagus aku bangga padamu' hah?!"
Perempatan imajiner muncul di pelipis Cider tepat ketika Hiromi selesai mengoceh. Dan akhirnya Cider memutuskan bicara.
"Siapa yang tiang?! Bukan keputusanku jadi tinggi! Dan jangan menyalahkanku juga donk, aku harus menghancurkan organisasi itu supaya dunia aman! Dunia seolah ada di genggaman organisasi tau!"
Kok Cider tiba-tiba ooc ya?
"Hah?! Dunia?! Setidaknya pake cara lain yang nggak ngerugiin orang lain gblk! Hiromi beneran anak gak tau apa-apa kau libatin gitu aja! Mana dia ampe harus kehilangan orang tuanya gegara kamu!"
"Kau ngatain soal dirimu sendiri?! Lagipula tetep aja aku akan memilih dirimu apapun yang terjadi karena cuma tubuhmu yang kuat menerima memori dari AI atau robot, seperti USB atau apalah itu! Aku menunggu timing yang pas aja biar kau ketemu Akai Shuichi!"
"Tuh kan ujung-ujungnya juga kau memanfaatkan otou-san?! Aku fix bakal dibuang kalo dia tau ini! Masa aku bilang aku manfaatin dia sih?!"
"Bilang aja ada robot gila yang manfaatin dia jangan salahin Hiro!"
"Kau ngajak ribut hah bg*t?! Sejak awal ngajak berantem! Dan keputusan bagus mengakui diri gila!"
Entah perdebatan mereka yang tak berdasar itu berlanjut berapa lama. Akhirnya mereka berhenti sendiri karena lelah. Cider duduk di samping Hiromi, keduanya sama-sama dalam posisi memeluk lutut mereka. Hampir tidak ada jarak di antara mereka berdua.
"Aku tidak ada pilihan. Kalo aku mau menghancurkan organisasi itu meski aku sudah mati, ya satu-satunya cara itu pindahin memori ke tubuh orang lain. Semua manusia yang ku-scan itu, semua gak kuat nerima memori AI. Cuma kau yang kuat. Makannya kau yang kupilih."
Hiromi tidak tau dia merasa seperti apa pada Cider. Cider membuat orang tuanya terbunuh, melibatkan dirinya yang sama sekali tidak tau apa-apa ke dalam organisasi hanya untuk tujuan egoisnya, memanfaatkan orang-orang di sekitarnya, dan entah berapa banyak lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
R E D
FanficRed, artinya merah. Namanya mengartikan merah, warna yang sama dengan matanya. Warna yang merupakan keunikan dirinya. 2 orang yang berbeda, seorang gadis dan seorang wanita, namun keduanya berhubungan.