10

92 4 2
                                    

Gue duduk pasrah saat rumah besar ini berubah menjadi acara dadakan. Seperti yang gue kira sebelum-sebelumnya, gue pasti bakal nikah tapii, tapi nih ya yang bakal gue nikahin bukan Yayang Putri tercinta hikss...

Sedih amat gue ya Tuhan, gini amat sih hidup gue.

Random banget, hiks

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Random banget, hiks.

Rasanya baru kemaren gue merasa semuanya baik-baik saja tapi sekarang malah nambah masalah aja, jujur gue panic banget sekarang.

"Gue gak bisa nih," kata gue membuat Gio dan Derek yang asik foto-foto tadi terdiam.

Emang gila tuh dua orang, bukannya nolongon atau kasih ide bagus eh sekarang asik foto-foto kek cabe-cabean. Kata mereka, biar kenang-kenangan kapan lagi pakai jas kecuali acara perpisahan, gitu.

"Kenapa lo?" tanya Gio.

"Pakek nanya lagi, gue gak bisa lanjutin ini semua!"

"Weh yang bener aja, 1 jam lagi lo nikah tau. Kan gak lucu kalau dibatalin." Derek berbicara sambil memainkan ponselnya.

"Tapi bukan gini caranya, gue mau nikah tapi bukan sama Huma!"

"Ah nama ceweknya Huma toh," kata Derek yang ternyata baru nyambung.

Lahh??

Okey, lupakan lelaki itu.

"Gimana Yo, pacar gue gimana dong???" frutasi gue.

"Putusin aja sih, lagian suruh siapa lo main gila sama Huma."

"Gue normal anjir, lagian ya gue kaga sampe tidurin tuh cewek!"

Gio mengangguk paham, "Iya, tapi ini kesalahan lo sendiri dan lo harus tanggung jawab soal itu. Huma hidup sendiri selama ini dan lo dengan seenak hati lecehin dia gitu aja, dewasa Vis lagian lo sama Putri juga gak seserius itu kan-"

Gue menarik kerah kemeja Gio pas lelaki itu bawa-bawa Putri pacar gue, enak aja tuh anak sembarangan nuduh begitu sama perasaan gue.

"Lo kok nyebelin sih? Perasaan gue sama Putri gak main-main ya!"

Derek menaruh ponselnya saat melihat suasana makin memanas antara gue dan Gio.

"Woy, udah-udah kok jadi esmosi." Derek mencoba melepas cengkraman tangan gue di kerah kemeja Gio.

"Apa Vis?? Lo mau apa heh?" Gio tersenyum menantang.

Gue menggeram kesal, anjing lah si Gio. Pikir gue.

Gue melepas cengrakaman di kemeja Gio dan memilih berbalik melihat pantulan gue di kaca. Kemeja putih lengkap dengan jas putih juga, gue melepas jas melemparnya kekasur dan membuka kancing kemeja atas. Gerah lama-lama di sini.

"Kalau pikiran lo gak jelas begini, gue gak masalah kalau lo mau mukul gue sekenceng apapun tapi gue harap itu bakal buat lo mengambil keputusan secara dewasa."

HuHeHaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang