Akhir-akhir ini hubungan gue sama Huma semakin dekat dan juga baik, kami juga sepakat buat beberapa hal untuk membuat komunikasi berjalan semestinya. Misalnya terkait soal dede, Gue bahkan sudah siapin beberapa list untuk keperluan dede nanti.
Sebenernya gue udah gatel mau beli, tapi katanya ada mitos atau semacam pamali.
Ya, belum boleh beli baju atau perlengkapan lainnya jika belum menginjak 7 bulan.
Gue sih jujur, kaga percaya begituan.
Maap-maap aja nih ya, tetapi karena gue gak mau dede ataupun Huma kenapa-kenapa nantinya. Gue memilih ambil aman. Toh nantinya tuh barang juga gue beli atau dapetin dari Mamah Helen-si paling antusias menyambut cucunya.
"Beberapa hari lagi Huma bakal USG dan gue bakal liat si dede!"
Gue senyum-senyum sendiri sambil liat aplikasi belanja online yang menampilkan beberapa sepatu bayi lucu. Gue elus-elus cincin yang ada di leher gue, sengaja gue jadiin kalung.
Dan ya hari ini kan gak berpergian jauh dan juga gue udah sepakat bakal pakek. Sebenernya gue takut sih pakeknya, tapi karena yang itu masih di pesan jadi gue pakek yang ada dulu aja.
"Permisi??"
Gue mematikan ponsel dan menoleh.
"Ya... beb-Eh?"
Gue bergeming.
"Ganteng banget," gumam orang itu.
Bentar-bentar!
Gue gue ngelag gini sih??
Diaaa?
Beda-beda nyett!
Tapi si anjing mirip banget!
"Kamu... eh elu??"
"Kamu harus jadi pacar aku!" teriaknya.
Beberapa ada yang melirik.
Gue bangun dari kursi dan menggeleng.
"GAK JELAS LU!
.
.
.
Gue meringis.
"Kita mau pergi-"
"Gak bisa, kalian gak bisa pergi begitu aja!"
Dengan terang-terangan dia menghalangi jalan gue dan Huma, gue menghela nafas.
"Minggir ya tolong banget, cewek gue gak bisa lama-lama berdiri."
Mukanya langsung memerah dan dia menujuk Huma.
"Hei kau yang berwajah mirip dengan ku, berikan lelaki ini padaku!" katanya.
Gue meringis.
Gilaaa!
Ini pasti bakal berakhir panjang!
"Pergi!!" kata Huma sambil peluk gue posesif.
Gue melotot dan mentap Huma tidak percaya. Anjai, sebenernya gue seneng banget di perlakuin kayak begini sama Huma. Kalau gue kaga tau situasi pasti udah teriak heboh, seorang Huma cok!
"Gak bisa, kalau aku bilang mau dia, harus dia!"
Dan ya, seperti yang udah gue duga.
Keduanya terus memperebutkan gue tak ada yang mau mengalah sampai ada beberapa dosen yang datang karena kepo dengan keributan. Beberapa dari mereka melerai dan mengatakan bahwa Huma lah yang menang.
Jelas menang, Huma istri gue!
Sedangkan si kw Huma ini pergi dengan wajah yang benar-benar merah, entah karena malu atau marah, atau bisa saja keduanya.
@@@
Lu semua harus tau deh orang yang mirip Huma bentukannya begimana. Dia pendeknya sama, wajahnya sama, potongan rambutnya juga gak jauh beda.
Awalnya gue gak bisa bedain. Bener-bener mirip cok!
Tapi kalian harus ingat, walau kecil mungil begini Huma memiliki apa yang beberapa wanita pikir akan mengiri melihatnya. Ya, tubuhnya- khususnya area dada dan bokong- tumbuh dengan indah dan menonjol dengan sempurna.
Berbeda dengan di KW yang emang, maap-maap aja nih ya, tepos!
Mirip bocil anjir!
Bukan cuman itu, dari sipatpun mereka bener-bener berbeda!
Kalau kalian taunya Huma ini pendiam dan juga cuek, maka yang satunya beda. Dia berisik dan pantang menyerah, gue suka sifat orang yang optimis dan pantang menyerah tapi enggak dalam merebut gue juga kali!
Duplikat Huma itu benar-benar sulit untuk di atasi.
Dia bahkan udah beberapa hari ini diam-diam buntutin gue sama Huma-lebih tepatnya gue.
Merasa kesal dengan kelakuannya akhirnya gue ciduk dia hari ini!
Dibantu Huma dan Warna juga deh-eh tapi Warna belum tau orangnya cuman udah gue ceritain dan dia yang kasih ide untuk ciduk di café aja.
"Lo ikutin gue kan?!"
"Enggak!"
Ini udah yang ke 7 kali sebenernya gue tanya.
Mana ada orang yang kaga ngikutin nunggu dari siang sampe sore begini. Mana dia cuman duduk-duduk aja sambil minum.
Keniatan banget.
"Jangan ikutin Harvis terus!" kata Huma kesel.
"Kalau gak mau aku ikutin lagi, kasih dia buat aku!"
Gue melotot.
Heh sempak doraemon, kalau gitu sih apa bedanya!
Lagian gue suka yang empuk bukan yang tepos.
Canda tepos, heheee
"Astajim, Huma udah lahiran ya?!!"
Warna yang membawa martabak di tangannya terlihat kaget dan langsung tertawa melihat Huma ada dua.
Beruntung banget lu datang sekarang Warna, setidaknya suasana gak seaneh tadi.
"Heh sembarangan kalau ngomong, dia bukan anak gue ya! gue aja heran kenapa mukanya mirip banget sama Huma."
Warna mengangguk paham dan dia ambil kursi lalu duduk bersama kami.
"Kenapa kamu duduk, pergi sana!"
"Gue?" Warna menunjuk dirinya.
"Iya, kamu kan pelayan. Masa malas-malasan."
Gue menahan tawa, pasti sekarang tuh orang mati-matian tahan emosi.
"Sabar. Orang sabar giginya lebar," kata gue mengangguk meyakinkan.
Warna menghela nafas.
Tapi...
"Gigi lu dongos, pantat goblok bukan gigi!"
Gue tertawa.
Okey,cute!
KAMU SEDANG MEMBACA
HuHeHa
Romancenote : * Pasangan Tsundere 1 * bukan fanfiction * Humor dan ada bumbu dewasa 🔞 Hubungan mereka tidak cacat! Tidak diterpa angin plakor bohay nan sexy manapun dan bahkan tidak di sangka-sangka oleh siapapun. karena yang cac...