15

108 3 6
                                    

Gue yang melihat Huma akan ke dapur, menghentikan dirinya.

"Mau ngapain?" tanya gue.

"Masak," jawabnya.

Gue menghela nafas.

"Ke kamar aja gih, atau nonton TV kek. Biar gue yang masak," kata gue.

"Tapi..."

"Udah sana!" paksa gue.

Dia mengangguk dan kembali masuk ke dalam kamar kita.

Heleh kitaa, emang sih kita satu kamar tapi tetap saja pembicaraan itu kosong. Huma yang terlihat pendiam semakin pendiam, gue yang random ini kehilagan pikiran gak jelas itu semenjak kejadian dengan Huma.

Sedikit rasa bersalah dan juga menumpuknya rasa canggung gak sih, ya elah pasti lah itu mah.

Padahal gue kan sejak awal orangnya gak jaim-jaim amat, bukan berarti malu-maluin juga!

Ya jadilah seperti sekarang, dia gak ngomong kalau gak di ajak ngomong dan gue yang mau ngomong tapi bingung bicara apa. Hening, sepi dan sunyi.

Kecuali pas gue lagi ngobrol sama Bebeb, ya setidaknya apartemen ini gak kayak tempat tinggal angker.

"Kamu masak lagi?"

Gue menoleh, Putri mendekat dan melihat kegiatan gue. Melihatnya mendekat gue tersenyum dan ikut mendekat juga, gue kecup pipinya.

"Kangen," kata gue manja.

Putri membalas mencium pipi gue, "Sama, aku juga."

"Ini semua kamu yang masak?"

"Iya beb, ada yang salah?" tanya gue lalu kembali memasak.

"Kan ada si Kuman, dia juga gak buruk amat masakannya."

Putri mengambil gelas dan jus di kulkas.

"Sekali-kali beb, aku juga mau dong bikin masakan enak buat kamu," jawab gue tanpa menoleh.

"Sekali-kali kamu bilang? Sudah hampir seminggu loh kamu begini dan juga ini makanan jelas-jelas bukan cuman buat aku, tapi si kuman juga makan!" dia terlihat kesal.

Putri kini terlihat duduk di salah satu kursi yang ada di meja makan.

"Sama aja kok, kan tujuan dan cintanya buat kamu seorang sayang," kata gue agak manja di akhir.

Gak usah tertawa lu pada, gue tau kok jijik banget kalau begitu tuh. Lebih ke geli sih rasanya, tapi namanya juga bucin dan jatuh cinta. Gue gak papa kok keliatan manja kayak bocil di depan orang yang gue cinta, apalagi itu membuatnya gemes sama gue.

Ah susah ngomong sama kalian yang jomlo, yang paham yang ngerti aja ye gak.

"Kapan sih kamu ceraiin dia?"

Gue menegang.

"Hah? Cerai?" tanya gue kali ini menoleh dan sambil mamatikan kompornya, masakan gue sudah matang.

"Loh kok kamu kaget, tentu saja cerai lah. Emang kamu mau terus gini? Terus aku gimana??"

Putri menghampiri gue dan kami saling pandang.

"..."

"Vis kamu udah janji loh sama aku gak akan buat posisi hubungan kamu sama siKuman lama, inget kan??!!"

Gue memilih tersenyum kecil dan mengangguk, gue memeluk putri dan mengelus rambutnya.

"Iya aku inget, aku gak akan biarkan kita tersiksa lebih lama," kata gue.

Putri tersenyum dan melepas pelukan gue.

"Aku punya ide Vis," ucapnya tiba-tiba.

"Ide apa?"

HuHeHaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang