19

56 4 7
                                    

Aneh

Peri peri aneh

Ya lo bayangin aja, di umur gue yang bahkan baru menginjak 20 tahun ini-udah lewat sih tapi masih gak terlalu jauh. Akan merubah statusnya menjadi Duren muda. Alias duda keren masih muda.

Gak muna sih gue, walau keliatan agak keren rasanya jadi duda tapi kok begini amat gitu loh!

Lamaran dadakan.

Nikah kilat.

Jadi duda gak lebih dari 1 tahun!

Anjir udah kayak sinetron aja ini hidup, tapi tetep aja gue mikir ke-randoman apa lagi nanti??

Awalnya gue gak mau biarkan semua secepat ini, ya gue kira masih bisa lah main suami-istri sama si Huma sampai gue lulus kuliah gitu. Atau setidaknya sampai Huma mendapatkan pujaan hatinya juga, emm biar gua gak terlalu bersalah sama Putri nanti.

Tapi...

Ya beginilah, nasi sudah jadi nasi goreng.

Drrrttt... drrrttt...

Lamunan gue berhenti saat seseorang menelpon ponsel gue. Ada nama Putri di sana, helaan nafas keluar.

Gue masih inget banget gimana tatapan Huma hari itu, terlihat bingung, gugup dan takut menjadi satu. Hanya saja gue menyayangkan dirinya yang mau saja tanda tangan surat cerai yang ternyata dibuat Putri diam-diam.

Harusnya dia menolak kan!

Setidaknya kita bisa bicarain dulu berdua masalah ini.

Ya, alasan gue mendiamkan Putri adalah itu, surat yang gue sendiri bahkan gak tau dibuatnya kapan. Entah asli atau palsu, yang jelas enggan rasanya gue menandatanganinya atau sekedar melihat dan membacanya.

Suratnya sendiri ada sama gue, gue simpen di laci kamar ini.

Btw, gue lagi gak di apartemen sekarang.

"Bang!"

"Abang!" panggil curut yang bener-bener gue hafal.

Tentu saja gak satu, ada duo yang tiba-tiba saja masuk.

"Mamah tau kamu lagi galau, tapi tolong jaga Dua E sampai Hannis kembali ya. Dia lagi ke mini market sebentar."

Gue menegakkan tubuh gue, ada emak gue rupanya.

"Mamah mau ke mana?"

"Mau keluar sama Papah, ada acara. Bisa kan jaga sebentar??" tanya Emak gue agak gak enak.

Kayaknya dia tau gue lagi mode, senggol bacok!

Salah sedikit, gue pasti bakal esmosi dan berakhir Dua E gue buang ke tong sampah, atau gue tidurin pakek obat tidur.

"Bisa kan Vis??" tanya emak gue sambil menyentuh bahu gue.

Gue tesentak.

"I-iya, bisa kok."

Mamah Helen menghela nafas, "Jangan terpuruk gitu dong, anak mamah harus bisa bangkit lagi. Mamah tau kamu kecewa, kami juga sama tapi Vis apa kamu yakin semuanya sesuai keinginan kamu??"

"Maksud Mamah?" tanya gue.

Mamah menaikan Eren dan Eruz ke kasur, keduanya langsung mendekat dan meluk gue. Mamah ikut duduk sisi kasur.

"Mamah Percaya Harvis gak sejahat itu sama orang lain, apalagi orang terdekat Harvis. Pikirkan masadepan dia juga, jangan cuman kamu saja. Bicarakan baik-baik, jika memang cerai adalah keputusan terakhir maka tidak salah."

Deg...

Jantung gue disko gaise, hampir aja gue nangis karena mendengar segitu percayanya Mamah sama gue. Gue gak bisa bayangin kecewanya dia kalau tau sebenarnya, ya sebenarnya itu.

HuHeHaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang