13

144 4 4
                                    

Part ini sedikit, tapi gue cuman mau bilang skip aja

Adegannya murni unboxing penganten ini. Hahaaa

Jangan pada ngintip lu pada ya, terutama dede dede gemes. Yok, mening pindah lapak aja.

⚠️⚠️⚠️⚠️

Gue ada tuh cerita yang enggak mengandung kemesuman, insyaallah aman heheee..

@@@

Jika sedang dalam emosi yang tidak stabil, seperti marah atau sedang kesel gak jelas. Gue saranin kalian untuk diem aja sih, jangan ambil keputusan atau tindakan sesuatu saat sedang seperti itu, ya itu kalau kalian gak mau terjadi hal yang sama kaya gue.

Ya, gue sungguh merasa bersalah tapi gue gak menyesal. Kalau gue menyesal juga, itu sama saja menyakiti hati orang yang haknya gue ambil secara paksa sekarang.

"Hum," panggil gue.

Huma menenggelamkan tubuh indahnya di dalam selimut, gue mencoba menyentuhnya tapi tidak jadi.

"Huma, lo marah sama gue?" tanya gue.

Sialan Harvis, tentu saja dia bakal marah. Mungkin kalau dia cewek normal, lu udah di amuk kali. Batin gue.

Bener-bener setan gue ini, masa iya gue gak bisa mengendalikan emosi karena ngeliat Huma yang jatoh tadi. Sebenarnya bukan poin itu yang buat gue marah, tapi poin dimana tubuh Huma terutama bagian dadanya yang semok ini mengenai lengan lelaki yang menolongnya.

Gue yang emang lagi sensi sedikit ini, jadi semakin menjadi-jadi.

"Sakit," gumam Huma.

Gue yang tadinya munduk lesu langsung menegakkan badan dan mendekatinya, gue menatapnya khawatir.

"Apa yang sakit??"

"Kewanitaan saya sakit, sebenarnya tadi kita ngapain sih?"

Gue melongo, anjir nih istri gua polos banget jadi gemess.

Ya, satu sisi gue takut tapi satu sisi gue merasa, ini memang tidak masalah. Kita sudah Sah, lagipula rencana Tuhan tidak ada yang tau. Ya, soal rencanya itulah yang buat gue Takut. Gue belum siap kehilangan kekasih hati gue.

"Lo tidur aja, siapa tau sakitnya hilang," kata gue mengelus kepalanya.

Huma menatap gue dan mengangguk, perlahan bola mata hitam itu menutup. Gue menghela nafas dan mengusap wajah gue kasar, gue ambil bokser dan kaus lalu memakai keduanya. Melihat Huma sebentar lalu memilih melangkahkan kaki keluar balkon kamar.

"Maaf Huma, dari sekian banyaknya manusia baik kenapa lo harus ketemu sama gue," gumam gue.

Gue menatap kumpulan mobil di bawah sana, tersenyum miris.

"Harusnya lo lebih bersabar Vis, sekarang lo harus apa? Gadis itu sedirian didunia ini."

Gue memejamkan mata.

Benar, Huma sendirian didunia ini.

Setelah gue selesai dengan hubungan aneh ini, kemana perempuan mungil itu akan tinggal?

@@@

Flashback on

Setelah bayar kamar dan menunjukan beberapa syarat yang dikatakan pelayan hotel itu. Gue segera mungkin menyeret Huma kedalam Hotel, Huma yang sepertinya tidak mau menambah masalah mengikuti langkah gue dengan susah payah.

"Kita ngapain kesini??" tanyanya.

"Bacot lu!" kata gue.

Huma akhirnya menurut juga dan diam.

HuHeHaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang