"Di sini?"
Huma mengangguk.
"Kamu berdiri di sana aja, biar aku yang turunin bungkusannya." Gue papah dia ketempat yang agak teduh.
Gue bawa kantong-kantong besar ini. Tapi sepertinya satpam yang menyadari keadaan gue ikut menghampiri.
"Saya bantu Mas," katanya.
"Iya, makasih pak."
Gue melangkah lebih dulu dengan satu kantong besar. Pak satpam membawa 2, biarlah nanti gue kasih uang rokok.
Kalau inget bahhh!
Sksksks...
"Ayok beb," kata gue dengan sebelah tangan yang kosong menuntun Huma.
"Permisi, mbak sama masnya cari siapa ya?" tanya, emm sepertinya pegawai atau lebih tepatnya mungkin pengasuh di sini?
"Kami mau bertemu Ibu panti."
"Sebentar ya, saya panggilin Ibu," katanya.
"Ibu lagi sibuk ya?" tanya Huma.
"Iya lagi mandiin bayi-bayi sama pengasuh baru."
Dan akhirnya kami berdua duduk di sofa ruang tengah itu. Ya memang berbentuk rumah, tapi bedanya terdengar ramai karena banyak anak-anak. sepertinya ada sebuah taman juga dan mereka sedang bermain.
"Kamu tinggal sini?"
"Iya, tapi hanya dengan Ibu panti aku dekat."
Gue mengangguk.
"Selamat siang, permi- Ya Allah Humaa??!"
Mereka berpelukan bersama saling melepas rindu, gue tersenyum melihat itu. Dan setelah bagi-bagi beberapa bingkisan untuk anak-anak panti serta berkeliling tempat ini untuk menyapa beberapa pegawai yang sedang menjalani tugasnya.
Beberapa yang masih ingat Huma juga ikut menyapa dan memeluk. Mereka bahkan terlihat kaget sekaligus bahagia dan mendoakan kelahiran bayi kami. Gue juga sesekali asik bermain dengan beberapa anak, mereka terlihat senang sekali bahkan beberapa ada yang terlihat menempel.
Seberapapun buruk pun alasan kelahiran mereka, tapi mereka adalah malaikat-malaikat kecil yang beruntung.
"Ih Mbak Huma makin cantik aja!"
"Nanti kalau dede udah lahir, main ke sini ya Mbak!"
"Neng Huma pinter ey cari suami, ganteng banget," kata Lainnya dari salah satu pegawai yang sampai ketelinga gue.
Owh jelas, orang seketceh gue gak mungkin di lewatkan.
Mumbazir tau!
*Ketceh = kece, keren
.
.
.
"Jadi kalian menikah belum lama ini?"
"Iya Bu, heehee..."
"Kamu jahat banget gak ngundang Ibu ke nikahan, datang-datang udah mau punya bayi aja."
"Aku... Aku... Harvis..." Huma menatap gue.
Dia minta bantuan, jelas kali lah!
"Anu... itu saya dan Huma ada sedikit masalah waktu itu jadi-"
"Kalian gak MBA kan???!"
"Enggak!" teriak gue dan Huma.
Amit-amit!
Gue berdehem.
"Kita cuman ada masalah perbedaan aja, emm tapi sekarang sudah enggak, hehe."
Gue natap Huma yang terdiam lalu mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
HuHeHa
Romansanote : * Pasangan Tsundere 1 * bukan fanfiction * Humor dan ada bumbu dewasa 🔞 Hubungan mereka tidak cacat! Tidak diterpa angin plakor bohay nan sexy manapun dan bahkan tidak di sangka-sangka oleh siapapun. karena yang cac...