21

56 2 0
                                    

Besoknya, setelah di buat buntu dan kepikiran bahkan untuk bernafas saja susah. Akhirnya gue memutuskan untuk berangkat kampus pagi-pagi.

Untuk apa? Ya untuk mencari seseorang yang bikin hidup gue sejak beberapa bulan belakangan ini menjadi lebih random.

Sebenernya hanya perlu menemuinya saja di kelasnya. Tapi merasa tidak ada kerjaan juga hanya dengan duduk di atas kasur dan menatap benda yang membuat gue syok tadi malam yang membuat gue mau datang kesini melebihi jam gue datang setiap harinya.

"Pagi sekali masnya," kata seorang Satpam yang gue tau emang penjaga kampus.

Dibawanya kopi dan Koran di kedua tangan.

Gue tersenyum canggung.

"Kantin buka pa?"

"Belum atuh, ini saya buat sendiri. Kalau masnya mau, air panasnya masih ada kok."

Gue menggeleng, "Enggak pak, saya lagi nunggu orang aja. Ikut duduk ya pak?" Pak amin mempersilahkannya.

Gue mendekati pos satpam dan duduk di depan, bangku tunggunya.

"Nunggu pacar ya, serius banget," katanya mencoba membuka pembicaraan.

Gue tersenyum, "Mungkin Pak, biasalah lagi ribut," jawab gue sekenannya.

Beliau tertawa.

"Owh lagi ribut toh, jiwa muda yang menggebu-gebu. Minta maaf yang tulus, kalau memang kamu yang salah. Kalau sebaliknya, jelaskan padanya apa yang benar. Kita laki-laki, harus bisa mengajarkan dan tegas dalam mengambil keputusan..." Dia menjeda ucapannya.

"...Perempuan itu di jaga dengan baik karena memang mereka berpikirnya lebih memakai hati. Jangan buat hatinya terluka, apalagi katanya kalau masnya ini punya saudara perempuan atau mungkin nanti anak perempuan. Pamali, bisa-bisa karmanya pindah."

Jederrr...

Perkataan itu seakan-akan buat gue tertampar, tergampar dan tersadar!

Saudara perempuan = punya-walau males banget gue akui

Anak = gak tau sih cwk atau cwk tapi kan yang jelas kayaknya otw punya

Parah bet sih kalau karmanya beneran ada.

"Pagi pak!" sapanya.

"Yo, pagi mas Warna!"

Motor itu melesat masuk.

Pandangan gue jatuh kepada seseorang yang menyapa dan baru datang-kurang kerjaan kali-sepagi ini setelah gue. Disamping gue, pak satpam yang belum gue tau namanya siapa, juga ikut memandang lelaki itu. Tidak asing. Pikir gue.

"Namanya Warna terkenal banget tuh sebagai pekerja keras, dia emang sering datang sepagi ini karena bantu bersih-bersih kantin dan taro jualannya di sana."

Gue terdiam, gak tau mau komentar apa.

"Mungkin itu untuk menghidupi keluarganya, saya dengar dia akan memiliki anak."

Dan gue menoleh tertarik, iya mendengar seseorang yg akan menjadi ayah-sama kek gue...

Iya kan?

"Udah nikah ya hehee..."

"Kabar burungnya sih, hamilin istri orang. Padahal saya taunya dia anak baik-baik dan pekerja keras. Paginya bantu ibu kantin, siang kuliah, malamnya jualan martabak. Tapi gak heran sih sama anak zaman sekarang, pergaulannya bikin ngerii..."

Seketika gue bergeming.

Hah?

Apa tadi??

HuHeHaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang