22

56 2 0
                                    

"OYY!!"

Dia yang baru turun dari motornya terdiam, lalu berbalik. Tangannya yang akan membawa barang dagangan terhenti. Dia memilih meladeni gue-orang yang memanggilnya.

"Siapa ya?"

Gue membuka masker, dia terkesiap.

Entah mungkin karena kenal atau kaget liat kondisi wajah tampan gue. Ya emang sedari awal gue datang gue pakek masker, pas di pos satpam juga gak dibuka.

Malu geh, wajah ini biru-biru habis dihajar kemarin. Gue tersenyum canggung.

Tapi masih ganteng sih gue mah. Batin gue pede boros.

"Berntar!"

Dia berbalik, membuka helm dan menaruhnya dengan aman.

Dapat gue liat jelas sekarang wajah seseorang yang bernama Warna itu. Dan sekarang gantian gue yang syookk.

Ehhh?!!!!

Wajah itu menatap gue heran, dia tersenyum kecil.

"Elo, warna?" pandangan gue terpaku.

Jujur aku syok.

Syok sekali!

"Ada urusan apa lo sama gue?"

"Lu gigolo kan??" bukan menjawab gue malah bertanya balik.

"Anjing!" desisnya pelan

Dia menatap sekeliling.

@@@

Adegan ini mengandung kekerasan...

Anjaiii, udah kaya di film-film aja seh, tapi emang bener. Sekarang kita flashback soal gue yang dapetin kekerasan dalam keberengsekan gue-dipukulin bokap dan nyokap tercinta. Tentu saja itu setelah gue ngaku dan melihat sendiri ke-ANJING-an yang kekasih-mantan kekasih gue perbuat.

Pencapaian yang luar biasa dalam hidup gue, bahkan untuk makan aja sulit. Entah mual karena bawaan anak gue atau mual karena tontonan gratis itu.

Udah lah, mengingatnya buat gue merinding disko.

"Harvis mau minta maaf," kata gue setelah semua orang kumpul.

"Minta maaf buat apa?" mamah menatap gue Heran.

Menelan ludah, "Sebenernya foto Huma itu bohong," ujar gue to the point.

"HAH?" mereka terlihat bingung, serentak mengucapkan kata yang sama.

"Sebenarnya Huma gak selingkuh," cicit gue.

Kalimat itu keluar dengan pelan dari mulut gue. Singkat, jelas, dan bangat.

Bughhh...

Bugh...

Gue tersungkur, Bokap gue tadi langkung tarik gue yang lagi duduk. Diikuti dengan yang lainnya, selepas sampai di taman, tonjokan itu dengan indah melukai pipi dan perut gue. Gak main-main sakitnya.

"Harusnya sejak awal papah gak lepas pengawasan dari kamu!"

Mamah gue maju, dia pasti akan sama mengamuk.

Plakkk...

Plakkk...

"Mamah kecewa sama kamu!" Papah menenangkan mamah yang terlihat akan mengamuk lagi.

Dipukul 2 kali sama bokap, ditampar nyokap 2 kali. Gue seharusnya dapat lebih dari ini.

Gue terbatuk lalu meringis, bokap nonyor kepala gue.

"Jelasin!"

"Sebenarnya, foto itu dari awal Harvis sama Putri yang rencanain. Harvis tadinya lakuin itu biar cepat pisah dari Huma. Huma beneran gak selingkuh, Putri sengaja bayar orang buat foto sama Huma, mereka gak ngapa-ngapain cuman foto." Walau ngelantur dan bingung mulai darimana, akhirnya dapat gue ungkapin.

HuHeHaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang