EXTRA PART

44 2 0
                                    

Hima POV

Sejak kecil aku tau, bahwa aku bukanlah anak mereka satu-satunya. Aku memiliki kembaran, tapi dia tidak seberuntung aku. Saat kami masih kecil dan bermain bersama, dia hilang di bawa salah satu musuh Papi.

Aku lupa wajahnya dan bagaimana kalau suatu hari nanti dia kembali?

Bukan aku tidak senang, tapi bagaimana dengan kasih sayang yang selalu Papi dan Mami berikan kepadaku nanti.

Apakah aku mulai berharap saudaraku tiada?

Aku tidak sejahat itu untuk memikirkannya!

"Mami, Hima mau bilang sesuatu..."

Mami Ama.

Perempuan cantik itu menoleh dan tersenyum.

"Apa Sayang?" katanya lembut.

Aku mendekat dan memeluknya.

"Aku bertemu seseorang," kataku.

"Siapa?"

Bukan suara Mami, tapi Suara prialah yang bertanya.

Siapa lagi kalau bukan Papi Hektar?

Btw, kalau kalian tau Om-Om atau Daddy sugar yang ada di film-film, begitulah penampilan Papi. Hanya saja Papi setia dengan Mami, bahkan bucin parah.

"Pemuda, di kampus baru. Dia ganteng sekali, Pih."

"Gantengan mana dengan Papi?" Papi mendekati Mami yang sedang memasak dan mencium pipinya.

Aku cemberut.

"Tidak ada yang tampan selain Papi, tapi dia kan seorang pemuda lain bukan Papiku!"

Keduanya saling pandang lalu tertawa.

"Owh, jadi ceritanya ada yang jatuh cinta nih?"

Mereka menatapku menggoda.

Wajahku bersemu, "Ada satu masalah."

Papi mengambil cangkir kopi yang sudah di buatnya, "Kenapa? Dia tidak menyukaimu?" tanyanya sebari membawa kopi dan Koran di meja makan yang berada dekat dapur.

Aku mengikutinya dan duduk di salah satu sisi. Dari tempat ini, Mami masih bisa mendengar percakapan kami.

"Dia sudah memiliki Seseorang..."

"Jika dia tidak menolakmu dan mencintaimu, dia bisa saja meninggalkan kekasihnya yang sekarang."

Aku menghela nafas.

"Sebenarnya dia juga menolakku dan sering mengusirku," kataku.

Hening.

"Pria yang buruk, dia memperlakukan wanita dengan buruk!" komentar Mami.

Bukannya malah bagus ya? sepintas aku memikirkan pertanyaan itu.

"Membatasi dirinya karena memiliki kekasih memang bagus, tapi Kasar pada perempuan itu tindakan buruk."

"Tidak seburuk itu, dia tidak kasar kok!" mungkin, batinku menambahkan.

"Kalau kamu menginginkan sangat lelaki itu Papi akan usahakan," katanya.

Mata aku berbinar. "Serius??!"

Papi mencubit pipiku, "Ya, apapun untuk Hima kami."

Papi gak marah kan ya??

Oke, aku harus lakukan ini. Katakan semuanya dan minta semuanya, aku yakin mereka akan setuju. Ya, walau aku jadi istri kedua, itu bukan posisi yang harus aku permasalahkan bukan?

HuHeHaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang