14

114 5 0
                                    

Gue menuntun Huma keluar dari Hotel, sejak tadi bangun Huma dan gue diem aja. Tapi keliatan sekali dari wajahnya Huma kesakitan dan jalannya juga gak bener.

Dia juga gak nolak bantuan dari gue, bahkan terkesan biasa saja. ya, bukannya Huma memang pendiam seperti ini? Tapi ya begitu, gue tetep aja merasa bersalah sama Huma.

Lo tau lah maksud gue apa, anjir lah.

Mana dateng-dateng muka pacar gue asem banget keliatannya. Jingan emang, harus kumaha atuh aku teh, hikss...

"Dari mana?" tanya Putri setelah sebelumnya menatap tajam gue yang nganter Huma sampai kamar.

Gue melirik pintu kamar dan menghela nafas.

"Biasa nongkrong sama Ucup dan Gio."

"Kok sampai pagi? Biasanya malem pulang?"

"Yaaa... Aku nginep, biasalah kemaleman terus tidur dulu dirumah Uc-Gio," ujar gue hampir kelepasan.

Ingan Vis, bawa-bawa Derek adalah awal dari bencana. Setidaknya gunakan bestai yang lebih pintar dibandingkan yang satunya, Gio pasti bisa di ajak bincang. Beda lagi kalau Derek, bukan bakal kacau, lelaki berwajah bule itu pasti nantinya melebih-lebihkan.

Derek terlalu canggih untuk di tebak.

"Kok bisa bareng Huma?"

Oke pertanyaan pamungkas datang juga, gue harus apa ya Tuhan??

Gue mendekati Putrid an mencium keningnya, "Putri jangan marah-marah deh, masih pagi sayang..."

"Tapi kenapa kamu bisa bareng si Kuman?!!"

Gue menggaruk tengkuk yang gatal dan tersenyum cengengesan.

"Mana aku tau dijalan ketemu dia, masa iya aku biarin dia jalan sendiri."

"Beneran? Cuman gak sengaja bertemu?"

"Iya honey, ih kamu cemburuan," kata gue gemes.

Gue cubit pelan pipinya, dia menghela nafas.

"Bener nih, kamu gak boong kan?"

Sabar Vis, cewek lu ini lohhh...

Kekasih tercintahhh

Gue menatapnya pura-pura kecewa, "Jadi kamu raguin aku nih?"

"Bukan gitu, siapa tau aja kan kalian diam-diam ngamar di hotel terus celap-celup," katanya tepat sekali pemirsa.

IYAAAAA!

Emang gitu Put, emang!!!

Batin gue berteriak dalam otak, sialan banget tebakannya kena bosque...

"Enggak, enggak kok kamu tenang saja ya. Aku ini kan setia sama kamu, aku cintanya cuman sama kamu," kata gue mencium bibir Putri sekilas.

Bangsat emang lu Vis!!

Putri tersenyum dan memeluk gue.

@@@

Gue terus berpikir.

Lagi, lagi, dan lagi.

Enggak ada jawaban dari pikiran gue sih, ya cuman mikir aja. Emang dari awal gue gak tau sih mikir apa, pokoknya kepala ini kosong tapi serasa mau pecah.

Gak ada keajaiban apa-apa gitu??

Tuhan gak mau kasih hadiah gitu dalam hidup gue yang gak jelas ini?

Kayak di novel-novel, semuanya yang terjadi itu cuman mimpi. Bukan cuman kecelakaan di hotel aja, tapi juga kecelakaan pernikahan dan lamaran waktu itu.

HuHeHaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang