11

71 3 0
                                    

Clekkk...

Mendengar pintu terbuka gue bangun dari duduk dan tersenyum.

"Kita akan tinggal bertiga mulai sekarang."

Satu kalimat yang gue ucapkan secara spontan di depan Huma yang baru keluar dari kamar dan juga didepan Putri yang tersenyum manis sambil duduk di samping gue.

Okey kalian gak salah dengar atau gak salah baca, itu yang emang gue omongin sama Huma yang sekarang udah jadi-kalian tau lah jadi apa.

"Hah?"

"Lo budeg ya, Harvis bilang kita bakal tinggal bersama, aku, kamu dan Harvis." Putri ikut menjelaskan.

Sepertinya emang udah terlatih di diamkan oleh Huma, gue tau gadis itu pasti bakal pergi dan gak peduli sama sekali. Dan benar saja, tidak ada tanggapan apapun antara jawaba 'iya' atau 'tidak'. Huma malah pergi begitu saja.

Dia kearah dapur?

Hah? Mau apa dia disana?

Eh kalau diingat-ingat lagi emang sekarang tuh Huma sering banget kedapur dan-ah iya pasti Huma akan memasak. Entahlah, sejak tinggal pertama kali dulu emang Huma tuh mengaku tak bisa memasak, tapi semenjak beberapa hari terakhir dia kadang kedapur untuk sekedar membuat masakan.

Saat gue tanya kok sekarang bisa masak, dia cuman jawab 'belajar sama temen' dan udah gak ada pembicaraan lanjut apapun. Gue sendiri memilih diem dan memperhatikan Huma, ternyata enak juga dimasakan seperti ini. Walau kadang rasanya kurang tapi untuk seorang pemula masakan Huma termasuk enak dan bisa dimakan.

Ah kalau sebelumnya gue bilang Huma kaga punya temen, itu emang bener. Maksudnya temen disini juga bukan temen Deket, itu kata Huma. Gue sendiri juga gak mengerti, maksud temen di dalam kepala si Huma itu gimana. Kurang lebih begini pembicaraan waktu itu.

.

.

Flashback ON

"Mau kemana?"

Huma menghentikan langkahnya, "Masak."

"Kata lo waktu itu gak bisa masak?" gue menatapnya kesal.

"Iya, sekarang bisa," jawabnya melanjutkan langkah.

Gue bangun dari sofa dan melempar remot Tipi yang gue pegang ke sofa kosong. Gue ikutin Huma dari belakang, takut-takut Huma masaknya gak bener atau malah bakar dapur, nah kan gue jadi takut gini. Dan bisa aja sih sebenernya di belakang tuh dia udah beli makanan dari restoran terus di angetin, hmm ya bisa jadi.

Positip dulu aja Vis, jangan negatip!

Gue mengambil alat pemadam kebakaran yang ada di laci gak jauh dari pintu dapur. Buat jaga-jaga, pikir gue.

"Lo beneran bisa masak??" tanya gue.

Huma menatap gue bingung dan mengangguk.

"Liat yutub ya?" gue tanya lagi.

Huma menghela nafas, "Enggak."

"Lah terus gimana caranya??"

Gue melangkah mendekat dan menaruh benda merah di tangan gue di meja makan, gue berdiri gak jauh dari benda itu.

"Belajar," jawabnya.

"Belajar dari mana kalau bukan yutup??"

Huma menghentikan kegiatannya yang lagi keluarin bahan-bahan masakan. Gue menunjuk kulkas yang terbuka.

"Lanjut aja, gue mah cuman tanya Hum!"

"Belajar dari temen," katanya.

Gue mengangguk mengerti, Huma terlihat berjalan kearah keran dan juga tempat gue bisanya mau potong sayur. Ah, gue masih harus perhatiin, jangan sampe dapur gue kotor!! Gak boleh! Walau dia bisa bersihin, barang-barang disini harus aman dan bersih.

HuHeHaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang